[Minichapter] Attraction (Chap 2)

ATTRACTION
Genre: Fantasy, Action, Horror, Thrill
Type: Minichapter.
Chapter: 2 (Two)
Author: NadiaMiki, Devan, Vero
Fandom: HSJ, HKT48
Cast : Yamada Ryosuke (HSJ), Chinen Yuri (HSJ), Murashige Anna (HKT48), Tanaka Natsumi, Takaki Yuya (HSJ)

262648

Mendengar bisikan dari Ryosuke, Anna terdiam sesaat kemudian mulai tertawa terbahak bahak. “hahahahaha betapa bodohnya kalian. Arigatou na, Ryosuke” sambil mengacungkan jempol nya kepada Ryosuke kemudian kembali memakan apel.

“Terimakasih sudah mengingatkanku, pendek” Anna menepuk bahu yuri dengan cepat lalu ia kembali berkeliaran dengan sketboard nya.

‘Diincar?’ Pikirnya. Tak ada rasa takut dalam diri anna. Yang ada ia malah penasaran. Seperti apa orang orang yang mengincarnya.

Anna berkeliling kesana kemari sambil memakan apel sampai akhirnya ia sampai di depan ruangan kosong yang sudah tua. Di sekolah ini memang banyak sekali ruangan tak terpakai.

Anna terdiam karena mendengar bisik bisik dari dalam ruangan. ‘Sebaiknya kita apakan dia’ kata salahsatunya. Dengan akurat, Anna menghitung jumlah orang yang ada di dalam. 9 orang perempuan dan 1 orang laki laki.

Tak lama, suara bisikan bisikan itu menghilang seolah mereka tau kalau Anna mendengarkan.

Dengan cepat pintu ruangan terbuka dan sebuah tangan menarik Anna masuk ke dalam hingga sketboard nya tertinggal diluar.

‘Byurrr’ air mengguyur tubuh Anna. ‘Kuso’ ia bergumam dalam hatinya. Ia tau pasti apa yang akan terjati jika ia terkena air. Chip-chip dalam tubuhnya akan rusak. Dan itu akan membuat kekebalan Anna mengurang.

“Ooii! Apa yang kalian lakukan!!” Dengan brutal Anna menendang barang apapun yang ada disana. Marah–cahaya pada matanya mulai hilang.

Kemarahan Anna diredakan karena ada sengatan listrik menyentuh tubuhnya yang basah–membuat aliran listrik itu mengalir ke seluruh tubuh Anna hingga akhirnya ia terkulai lemas.

“Cih, segitu saja kemanpuanmu?!” Kalimat itulah yang anna dengar sebelum akhirnya ia tak sadarkan diri.

“Ha? Bandel sekali” rutuk Chinen, sedetik kemudian ia mengeluarkan sayap andalannya dan terbang.
Chinen bisa merasakan ada yang ganjil saat Anna pergi, diam-diam ia mengikuti Anna.

Ruangan kosong, dari kejauhan Chinen melihat Anna yang sedang terdiam di sana dari balik tembok, namun selang beberapa detik mata Chinen melotot saat melihat Anna di tarik oleh seseorang ke dalam ruangan itu, seketika seluruh tubuh

Chinen berubah menjadi garis abstrak kebiruan.

Chinen langsung menyambung telepatinya ke Yamada “Ryosuke! Cepat ke sini Anna dalam bahaya!” Seru Chinen, membuang permen karet yang ia kunyah sedari tadi kemudian ia langsung menerobos masuk ke dalam.

“Hey! Kalian!” Teriak Chinen ketika masuk, matanya menghitung orang-orang yang berani menyakiti Anna “sembilan perempuan, satu laki-laki” sudut bibirnya melengkung.

Kemudian matanya berubah menjadi biru dan menyengat seseorang perempuan dari mereka, seketika nyawanya melayang, tapi ketika Chinen kembali ingin menyerang, setengah tubuhnya di guyuri oleh air.

“Mati aku” panik Chinen.

Tapi ia kembali tersenyum, hanya setengah badan itu tanpa arti bagi Chinen “lawan aku kalau bisa” Chinen semakin terbang tinggi, dan mencoba meraih tubuh Anna yang sedang terkulai lemas.

Tapi sayang, tubuh Chinen kini terjatuh karena salah seorang dari mereka sudah menembakan perangkap hingga Chinen sulit bergerak.

“H-heeyy!” Chinen memberontak “lepaskan aku!”

“Gunakan kekuatan mu, pendek” kata seorang pria yang ia kenal Takaki Yuya itu, kekuatan memanahnya tidak bisa di pungkiri, tapi tentu saja masih kalah dengan Anna dalam hal memanah.

“Oohh” Chinen semakin menaikan tegangan listriknya, dan yap tali-tali perangkat Chinen lepas “kau jangan anggap aku remeh, Yuya!” Sayapnya kembali mengepak, namun sayang Anna sudah tidak ada di sana, beserta delapan perempuan lainnya, dan pintu ruangan ini pun tertutup.

Kini, hanya ada Chinen dan Yuya di dalam.

 

Disibukan dengan latihan kemampuannya, dalam sebuah ruangan yang ia buat sendiri—Ryosuke tampak mengurung diri dari dunia luar.

Mawar berserakan, dengan berbagai macam duri dan racun. Juga juujika yang megah dimana mana.

“Kuso. Masih saja ada kelemahannya.”

Melempar kursi ke segala arah
Sebagai half blood vampire, ia sama sekali tak takut akan apa itu lambang salib. Bahkan vampire masa kini telah berkembang dgn sangat menakutkan. Dan Ryosuke akan semakin memperdalam skill abilitynya.

Ambisi utama laki laki ini adalah menjadi murid tanpa kelemahan.

‘Zrrrt…’

Sepersekian detik pemuda ini mendapat sambungan telepati, yang berhasil ia dengar dengan sangat baik.

“Ck.” Decaknya kesal.

Kemudian mengambil jaket gelapnya dan berlari keluar. “Sambungan telepati Chinen menghilang, sinyal kehidupan Anna juga tak ada.”

Berpikir. Berusaha berpikir. Seorang Yamada Ryosuke sangat anti tergesa gesa. Itulah yang diunggulkan darinya.

“Satunya gadis kuat tapi ceroboh mudah lengah, yang satu anak kecil tapi gegabah.” Meremas bunga mawar hingga menjadi terbakar.

Namun mengutuk dirinya sendiri.

“Kemampuan api yang payah, Ryosuke.”
Sorot mata yang benar benar tajam.

“Sekarang apa yang akan kau lakukan untuk menyelamatkan teman temanmu?”

Entah berapa menit–atau mungkin jam Anna pingsan, hingga saat terbangun, tubuhnya sudah setengah kering.

“Kuso, cepatlah kering agar chipku dapat berfungsi lagi” ia terus saja menggerutu–berharap tubuhnya akan mengering dengan cepat.

Tangannya terikat kebelakang. Tapi Anna malah menyeringai. ‘Hanya tali biasa’ pikirnya. Tubuhnya yang lentur membuat anna dengan mudah berguling mencari sebuah benda tajam. Kebetulan ruangan ini kosong.

Setelah menemukan sebuah pecahan keramik, Anna langsung menggesekkan tali yang mengikat tangannya ke keramik tersebut. Tak butuh waktu lama, tali itu sudah putus.

Setelah membuka pengikat tangan dan kakinya, Anna mencari celah untuk keluar.

Tapi sayang, ruangan itu tertutup bahkan sepertinya tak ada ventilasi di ruangan itu.

Anna bisa mati jika chip nya tidak kering dalam waktu semenit.

Anna mencoba menghubungi telepati Ryosuke. Ryosuke terasa sangat dekat dengannya. Sepertinya Anna masih berada di lingkungan sekolah. Tapi ketika ia mencoba menghubungi Yuri, hal itu gagal. Sepertinya Yuri tak sadarkan diri, entah tidur atau yang lainnya.

“Ryosuke, kau baik? Aku tak bisa menghubungi Yuri” ucap anna dalam pikirannya–berharap Ryosuke mendengarnya.

“Un, telepati kami tadi terputus” jawab Ryosuke singkat. “dimana kau sekarang?” Tanya ryosuke lagi.

“Wakanai, ruangan ini sangat tertutup. Dan… gelap” seketika tubuh Anna bergetar. Gadis ini tak takut pada apapun, tapi ia lemah terhadap gelap dan ia baru menyadari nya.

Chinen melongo ke sana kemari, dan terbang mencari cela untuk keluar, tapi percuma di sana sama sekali tidak ada tanda-tanda dirinya untuk keluar.

Ia juga, mencari suatu aliran listrik untuk mempertahankan kekuatannya, tapi sial Chinen juga tidak menemukan itu.

“Apa yang kau inginkan!! Hah!” Teriak Chinen murka, dengan sisa kekuatannya Chinen bertahan mengepakan sayapnya, menatap mata Yuya yang sudah memerah seperti api.

Yuya kembali mengarahkan panahnya tepat ke bagian dada Chinen “aku ingin, kau mati” detik berikutnya Yuya sudah melepaskan panah itu, tapi dengan cepat Chinen tepis menggunakan aliran listrik sisa kekuatannya.

Ini sudah di ambang kekuatan Chinen, ia harus menemukan energy di sekitar sini, kalau tidak matilah dia.

“Kelihatannya kau berkeringat, tuan listrik” ucap Yuya meremehkan, dan benar saja. Sayap Chinen sudah tidak mampu lagi mengepak, bahkan perlahan sayap itu menghilang, Chinen tersungkur.

Detik berikutnya pintu terbuka dan masuklah enam orang lelaki, Chinen menoleh ke arah pintu itu.

Hanya bisa berharap agar ada seseorang yang membawakannya lampu atau segala macam untuk menambah kekuatannya.

“Ryosuke..Anna..” Serak Chinen.

Ryosuke masih menganalisa jawaban dari Anna.

“Di depan mu kau lihat apa? ada gedung atau petunjuk lain?” mencoba mendengar dengan seksama, bahkan nuansa sebuah ruangan ia bisa hapal karenanya.

“Gelap? Apa warna ornamen ruangannya? Apa kau melihat patung prajurit alumunium raksasa?”

Kemungkinan besar bila itu terjawab, Anna berada pada gedung sekolah lama.

Sebuah bangunan yang dulunya merupakan perpustakaan terpisah namun tak lagi digunakan.

“Ada, aku bisa memegang kakinya!” Jawab gadis ini meraba sekelilingnya.

‘Bingo!’ Disitu rupanya… sekarang bagaimana kau akan memasuki bangunan itu tanpa diketahui 47 wanita yg berjaga di dalamnya.

Pemuda ini menemukan ide.
‘Akan kucoba.’ Senyumnya menanjak.

Kali ini kemampuan dan analisanya benar benar diuji.

Berhasil menyusup disekitar gedung, kali ini ia menerka ke 47 kemampuan lawannya.

‘Baiklah, semuanya aman. Kecuali 5 orang.’

Itu benar. Lima orang yang ia khawatirkan ini memiliki kemampuan lain daripada yg lainnya. Salah satu dari mereka dapat menyembuhkan luka secara total dalam waktu sekejap.

Ryosuke memulai reaksinya dengan menyebarkan aroma hipnotis dari bunga mawar yang merasuk ke syaraf syaraf penciuman mereka.
Setengah dari penjaga yang ada berhasil tumbang.

Kelopak mawar itu meracuni syaraf mereka—terbang membentuk lingkaran.

Yang lemah akan mati, yang kuat akan pingsan dalam waktu yang lama.

Ryosuke menunjukan taring nya. Jarang ia lakukan tapi untuk melawan sesama murid SMA Demon, ia tak boleh menganggap remeh.

Muncul di hadapan setengah sisanya—tanpa berkata maupun menyapa apa apa.

Kecepatan gerakannya tak lagi diragukan. Ia berlari dan menyusup diantara belasan wanita yg berdiri mengekang pintu utama.

Pemuda ini mengelak, dan melancarkan pukulan tangan pada tengkuk lehernya, sekuat tenaga. Tenang, leher mereka tak akan putus. Hanya sulut bernapas dan mencerna makanan hingga beberapa minggu.

Kini Ryosuke berhasil membuka pintu utama perpustakaan lama itu.

“Anna!”

Segera setelahnya, pintu kayu tua itu tertutup dan di dengar suara yang sangat ia kenal. Tanaka Natsumi. Ada disana.

“Menghilangkan aura kehidupan agar tak dilacak, cerdas juga.” Ucap Ryosuke yg terlatih membaca hati kehidupan setiap makhluk.

Setelah mendapat jawaban, kini Anna tahu Ryosuke akan datang menyelamatkannya.

Tapi Anna tak bisa hanya duduk diam seperti seorang putri yang menunggu diselamatkan oleh pangerannya.

Kini tubuhnya sudah benar benar kering. Chip chip dalam tubuhnya kembali berfungsi. Anna kembali melemparkan sebuah chip yang langsung berubah menjadi cahaya yang besar kini ia dapat melihat sekelilingnya. Ventilasi tertutup, dan ada satu pintu besar disana.

Dengan mind controling nya, Anna berhasil menemukan kalau ada 50– tidak, sekitar 20–21 orang dari mereka masih hidup sementara yang lainnya mati.

Anna dapat merasakan keberadaan Ryosuke disana.

“Yatta” serunya setelah melihat Ryosuke pembuka pintu. “ah sayang sekali, padahal aku baru saja ingin menggunakan laser. Tuan pahlawan” Katanya sambil tersenyum dengan manis–momment yang sangat langka.

Tak lama setelah itu, pintu kembali tertutup dan sosok Tanaka Natsumi muncul dihadapan Anna dan Ryosuke.

“Menjauhlah dari sana. Kau sampah. Tak akan kumaafkan” ketus Anna–dilanjutkan dengan bisikan di kuping Ryosuke. “Tahan dia sebentar saja” Pinta anna.

Ryosuke hanya mengangguk–tanda mengerti apa yang Anna inginkan. Dengan gesit Ryosuke berhasil menahan natsumi di tembok–kabedon.

Pesona Ryosuke memang tak bisa dipungkiri, gadis manapun pasti akan jatuh kedalam pelukannya–termasuk Anna jika Anna adalah gadis normal.

Dengan beberapa chip yang menempel pada tubuhnya, Anna merakit sesuatu dan langsung menempelkan chip itu di tubuh tanaka.

“Sudah lepaskan” pintanya pada Ryosuke. “jangan bergerak jika kau tidak ingin mati, Natsumi–‘ Ia kembali menyeringai “Chip itu akan bereaksi dengan suatu gerakan. Jika kau bergerak sedikit saja, chip itu akan mengeluarkan aliran listrik yang kuat” jelas nya.

Ryosuke tersenyum melihat apa yang Anna lakukan. Dan sekarang, Anna dan ryosuke sedang mencari keberadaan teman mereka–Yuri.

Telepati Yuri tak bisa dijangkau.

Keenam orang itu masuk dan kembali mengunci pintu, peluh Chinen sudah mengalir dari pelipis nya.

“Payah pada kemana?” Bisik Chinen pada dirinya sendiri, meskipun kekuatan listrik Chinen sudah menurun tapi ia masih tetap bisa berdiri tegap–meskipun tingginya tidak seberapa.

Chinen mendongak acuh “apa yang kalian inginkan?” Tanya Chinen, kini ia sudah di kelilingi ke tujuh pria itu. Tatapan sadis dari mereka begitu terpancar.

“Sudah Yuya bilang, ia ingin kau mati!” Jawab pria jangkung berambut hitam dengan nada kesal, kemudian ia mencoba menyerang Chinen dengan mengeluarkan api dari matanya, tapi Chinen langsung menghindar.

MAJI! Sayapnya masih berfungsi “hahahahahahahahah” Chinen baru ingat, kalau ia mengistirahatkan dirinya dalam waktu 30 detik, aliran listrik di dalam diri Chinen akan kembali aktif,  kecuali kalau kekuatannya sudah habis total.

Kepakan sayap Chinen bergema di ruangan gelap itu “mati? Kalian yang akan mati!” Setelah itu Chinen langsung menyerang mereka dengan serangan listriknya.

Namun sial, kecepatan mereka membuat Chinen kesulitan untuk menghajar pria-pria itu.

….

Chinen… laki laki ini lemah bila tak ada listrik, logikanya bila musuh ingin menyekap dan bertarung melawan pria ini mereka harus mencari tempat dimana kekuatannya akan melemah.

Half blood prince ini memutar otak atas segala analisanya.

‘Kau lah superman nya Chinen, kau tak akan kalah…’ batin Ryosuke mempercayai sahabatnya, ditengah khawatirnya ia.

Terdengar semangat intro awal SUPERMAN, dalam benaknya. Penuh keberanian.

Seketika ia teringat ruangan lama nya yang tampak seperti gudang, sewaktu grade 1 Ryosuke pun pernah disekap disitu, tak lain oleh Yuya. Manusia itu memang… penuh kedengkian.

Dengan pengalamannya yang sudah 3 tahun bersekolah disini, tentu dengan sangat baik ia mengenal seluk beluk sekolah. Bahkan ruangan tersembunyi sering ia telusuri seorang diri.

“Dari tangga pojok kiri, ada ruangan bawah tanah. Dan gudang besar persenjataan. Kemungkinan besar Chinen disana.”

Lugas pria ini pada Anna yang terbang disampingnya, sementara ia menggunakan taktik mengilangnya tanpa wujud.

“Hai!” Anna menuruti perintah Ryosuke dan bergerak sesuai arah yang ditunjukkan. Dan benar saja, mereka menemukan ruangan dengan pintu yang besar disana.

Kemudian Anna mengeluarkan chip yang langsung menembakkan laser, membuat pintu besar itu berlubang dengan bentuk mahkota–karya anna.

Yuri ada disana bersama 7 orang lainnya, termasuk yuya. Anna hanya menyeringai melihat mereka semua. Dengan santai ia turun dan menutup sketboard nya. “Ayo lakukan” katanya–dilanjutkan dengan tawa kecil.

Anna kembali mengeluarkan chip yang langsung berubah menjadi busur dan panahan berwarna biru muda.

“Pesta dimulai” Anna berlari memasuki ruangan itu dan mulai menembakkan busurnya dingan target 7 orang yang menyandera Yuri. Tapi 7 orang itu sangat cepat. Tidak mudah menembak mereka.

Masih mencoba menyerang ketujuh pria gila itu, mata Chinen menyipit karena pintu terbuka, dan di luar sana sudah ada Ryosuke bersama anna.

“Kemana saja kalian?!” Tanya Chinen sambil terus berusaha menembak mereka dengan aliran listriknya, hampir saja panah Yuya menusuk dada Chinen andai Chinen tak langsung menepis dan membuat salah satu dari mereka tertancap di tembok ruangan ini, untung hanya menancap tangan pria itu. Nakajima Yuto.

“Sial!” Geram pria jangkung itu, ia berusaha berontak, tapi kemudian Chinen memberi aliran listrik bertegangan rendah di panah tersebut.

“Aarrghh!!” Erangnya, bibir Chinen melengkung licik, dan kemudian ia menjentik kan jari, dua buah pistol sudah ada di genggaman Chinen.

Chinen terbang ke arah Ryosuke dan Anna, menatap rekannya, lalu mengangguk, menandakan kalau kini perang di mulai bersama-sama.

Hm. Tak bisa di remehkan, kali ini ke 7 orang di hadapan mereka dapat menjadi lebih kuat daripada 47 yang telah ditangani di awal.

Tak bisa menggunakan sembarang langkah.

“Party Monster.”

Ketiga makhluk sekawan ini tersenyum cerah. Itu pertanda mereka benar benar akan berpesta malam ini. Mengeluarkan segala kekuatannya tanpa ragu.

Half bloody ini meraung, memanjangkan taringnya.

Semua dihadapannya di kibas sekaligus dalam daya hembusan yang kuat. Besatan udara yang setajam pisau mengenai mereka.

Dalam sekejap ruangan penuh aroma mawar, ditumbuhi duri mematikan.

Menghirup racun, atau terkena duri. Hanya itu pilihannya, dan tak ada kemungkinan hidup lagi bagi mereka yg terperangkap.

Dengan kemampuan membaca hati, Ryosuke dapat menebak kemana lawannya menghindar. Benar benar tanpa celah, pria ini. Padahal ia belum bergerak secenti pun dari tempatnya berpijak, semua yang beraksi itu hanyalah aura nya.

Anna memiliki rencana. Ia langsung menghubungi telepati Ryosuke dan Yuri–tak ingin rencana mereka diketahui oleh lawan.

“Akan kulesatkan panahku, Ryosuke dan Yuri. Beri racun dan sengatan listrik yang mematikan pada panah itu. Ok?”
Setelah mendapat jawaban ok dari kedua temannya, Anna langsung menjalankan misi.

Dengan menyeringai ia melesatkan panahnya, diikuti dengan racun dan sengatan listrik yang diberikan kedua temannya.

Panah itu mengenai targetnya dengan tepat–Yuya, tepat pada jantungnya. Tak perlu menunggu waktu lama. Dewa kematian sudah datang menjemput Yuya.

Kini tersisa 6 orang lagi yang harus mereka kalahkan.

Anna memasukan semua peralatannya. “ini mudah” Ia merenggangkan otot otot badannya. “aku bisa mengalahkan kalian dengan tangan kosong” kemudian tersenyum.

Pria yang memiliki tinggi hampir sama dengan Ryosuke adalah orang yang pertamakali menyerang Anna–dan pertamakali mati tentu saja.

Yuya sudah tewas, tidak puas dengan kematian Yuya yang hanya karena racun, panah dan sengatan listrik darinya dan teman-teman Chinen, kembali Chinen mengarahkan Pistol listrik itu ke dada Yuya.

Dan ‘SYUT’ dalam sekejap dada Yuya sudah berlubang akibat tembakan Chinen.

Kini ia menangani Yuto yang ia tusukan panah –tanpa sengaja.

“Lepaskan!!” Teriak pria tinggi itu, beruntung Chinen masih terbang sehingga ia bisa menyamakan tingginya dengan Yuto “iya lepas, kemudian” Chinen melepas panah yang ada di tangan Yuto, ia tersungkur di hadapan Chinen.

Sengatan listrik dari panah itu membuat tubuh Yuto lemah, “…kau mati” mata Chinen langsung membiru dan mengeluarkan laser listrik dari matanya tepat di jantung Yuto “arrrgghh”. Pria itu kini benar-benar runtuh bagaikan sampah.

Selanjutnya, mata Chinen menatap pria tinggi lainnya yang berbadan kekar, Keito.

Kekuatan kelahi? Dan kecepatan kilat?

Cih, kecil bagi Chinen.

Ia mendekati Anna untuk meminjam panah itu, setelah di setujui Chinen langsung melayangkan panah itu ke arah Keito.

“Sial!” Tembakannya meleset.

Ryosuke membereskan sisanya. Tangan kekar laki laki ini menggenggam ukiran dan kaca tebal dari ruangan raksasa yg mereka pijaki.

Dalam sekejap genggaman Ryosuke meretakan kaca itu hingga menjadi pecahan terkecil. Dan dihempaskannya pada lima manusia yang tersisa sebagai lawannya.

Mungkin mereka memiliki kecepatan luar biasa, tapi mereka tak bisa menghindari ini.

Dihempaskannya pecahan kaca mematikan itu dengan baluran racun menyerupai darah.

Setetes saja hal itu mengenai sel nya, mereka akan mati.

“Kalau dengan begini saja kalian sudah tumbang, kau tak akan berhasil menghiburku.”

Perlawanan ke lima orang ini ternyata cukup seru.

“Wushh hahaha” Anna menyerang beberapa orang yang selamat dari serangan Ryosuke dengan menempelkan chip, persis seperti chip yang ia tempelkan pada Natsumi. Dan tak perlu menunggu lama, sengatan listrik yang kuat sudah menyerang mereka.

“Cih” kemudian Anna melempar sebuah chip dengan timer yang menunjukkan 10 detik–bom.

“Biarkan sampah sampah ini mati disini” kata Anna kemudian menarik kedua temannya untuk pergi dari tempat itu. Ketika mereka bertiga menjauh dari ruangan tersebut.

BOM

Ruangan pun meledak, setelahnya tubuh Chinen ambruk, ia benar-benar butuh energy saat ini, stok kekuatannya sudah habis total.

“Kerja yang bagus teman-teman” Chinen terkekeh walau tubuhnya sudah sangat lemah, setidaknya ia senang karena orang-orang didalam ruangan tersebut pasti mati.

Ryosuke mengulurkan tangannya di hadapan Chinen, berniat untuk membantu pria mungil itu untuk berdiri, tanpa menunggu waktu lama Chinen langsung menyambutnya dan kemudian Ryosuke langsung merangkul tubuh Chinen–membantu sahabatnya berjalan karena Chinen sudah sangat lemah.

“Lebih baik kita keruangan ku dulu, di sana ada beberapa aliran listrik kau bisa mengisi kekuatan mu, dan kau istirahatlah Anna” kata Ryosuke.

Keduanya mengangguk dan langsung menuju ke ruangan Ryosuke.

–++–

 

Sekolah ini kacau belakangan ini. Entah apa yang merasuki. Tak biasanya SMA Demon seperti ini.

Apakah demon yang sesungguhnya memang ada?

Ah sudahlah, malas memikirkannya—Ryosuke, hanya ingin beristirahat sekarang. Ketiga temannya yang berharga ini kini benar benar menjadi andalannya. Mereka sudah membuktikan kekuatan mereka diantara semua angkatan yang mereka kalahkan.

“Masuk lah, santai saja.”

Pria ini duduk di kursi besar favorite nya. Sofa termegah diruangan itu yang memiliki tinggi menjulang.

Ia bangun ruangan ini, dan ia beli semua ornamennya. Benar benar selera seorang pangeran.

“Kita evaluasi.”

Buka pemuda tertua ini diantara partner nya. Sembari mereka mengistirahatkan badan.

Pembicaraan serius mulai di lakukan.
“Apa yang kalian dapat dari kejadian belakangan ini? Dan semua pertarungan itu?”

Mencoba meneliti kejanggalan demi kejanggalan.

“Mereka sudah gila” celetuk Anna sambil menaikkan kakinya ke atas sebuah meja kaca.

Membuka kancing baju nya yang paling atas–membuat kedua pria itu menatap tajam pada dirinya. “Apa? Aku hanya gerah” kemudian ia kembali bersandar.

“Apa para guru mengetahui ini?” Tanya Anna tiba tiba, dibalas dengan keheningan dari teman temannya–menandakan kalau mereka tidak tau jawabannya.
Anna berpikir sejenak. Sebenarnya yang memulai semua ini adalah Yuya dan Natsumi.

“Sebentar” kemudian mengeluarkan chip nya dan menampilkan layar lebar.

Mencari sosok nama Tanaka Natsumi dan Takaki Yuya dalam daftar manusia di dunia. Yap, akses untuk mengetahui setiap nama manusia dari setiap negara.

Tapi nihil. Nama kedua orang itu tak ada dalam daftar.

“Jadi mereka bukan manusia? Hahaha”

Anna tertawa terbahak bahak–bangga karena berhasil mengalahkan yang bukan ‘spesies’ dari dirinya.

Chinen masih sibuk memegang bola lampu yang ada di dekat kedua temannya, perlahan Chinen kembali mendapatkan kekuatan dalam dirinya.

“Maksud mu? Mereka seperti Ryosuke? Vampire?” Saat merasa sudah cukup, Chinen duduk di samping Anna dan melipat kedua kakinya di atas kursi.

Berpikir sejenak “kalau memang mereka bukan manusia, berarti mereka vampire, tapi aku tidak mempunyai firasat kalau mereka adalah vampire seperti Ryosuke”

Chinen menjentikan jarinya, sebuah buku berisi daftar kematian dari seluruh makhluk di dunia ada di tangan Chinen. Ia menelusuri satu persatu.

Dan, nama Yuya dan Natsumi terdapat di deretan makhluk monster.

“Monster?” Chinen terperangah, dan kembali membaca profile itu “mereka adalah manusia yang baru di beri virus monster oleh seorang ahli” kedua temannya langsung mendekati Chinen untuk melihat profile itu.

“Jangan bilang, disini ada monster yang lebih dari mereka” sahut Ryosuke memberi pendapat.

Mereka bukan manusia, bahkan mereka monster. Bukan juga jenis vampire, pantas Ryosuke tak dapat merasakan spesies mereka.

“Yuri—” berhasil teringat sesuatu, “coba kau buka lagi daftar monstermu. apa tidak ada tingkatan kekuatan dan daftar kelemahan mereka?”

Analisa tingkat kritis mulai Ryosuke kembangkan.

“Kalau memang tak tertera berarti kita harus melacaknya.” Masih berharap keakuratan data Yuri dapat menjadi pegangan.

Matahari mulai tinggi, dan pemuda ini menutupi wajahnya dengan satu tangan.

“Sial.”

Tak terasa sudah pagi, semalaman mereka bertarung dan berpikir. Bahkan guru tak menjamah ruangan Ryosuke, maupun melakukan aktifitas sekolah biasanya, diluar ruangan. Semakin janggal sekolah ini, seperti dikendalikan sesuatu.

—baru menyadarinya, ternyata kelemahan Ryosuke akan cahaya matahari asli masih belum hilang.

Ia bisa berada pada tempat penuh cahaya, namun menatap matahari langsung dengan matanya ia tidak bisa.

Gawat kalau kelemahannya ini diketahui musuh.

Tirai menjuntai berlapis emas dan sutra ia tarik—secarik tali pengikat pun terlepas. Dan gorden ruangan tertutup total.

“Gomen gomen.” Menyalakan beberapa lampu semerah darah, dalam ruangannya dengan remote, “aku tak bisa terkena sinar langsung.”

Tanpa sadar percakapan mereka, terekam oleh chip Anna yang terhack, oleh dedemit otak dari semua ini.

Chip Anna terkena virus tepat segera setelah membunuh dan ditempelkan pada jasad Takaki dan Natsumi. Semua itu masih sebatas umpan. Dan Anna tak menyadarinya.

Terlebih lagi percakapan Ryosuke atas kelemahannya—tewas sudah rahasia pria ini.

Sang otak kejahatan tampak mengincar Ryosuke kali ini, setelah puas dgn pengetesan kekuatan Anna dan Chinen dari kejadian penyekapan itu.

“Dasar vampire” ujar anna.

Kelemahan salah satu pangeran vampir ini adalah cahaya matahari, sementara kelemahan pangeran listrik nya adalah air, sama dengan anna.

Ruangan merah ini hanya diisi oleh tiga orang terkuat–penguasa sesisi sekolah. “maa maa, aku bisa buatkan sesuatu untukmu” anna menaikkan satu sisi bibirnya–smirk.

“Aku pergi dulu, nanti aku kembali lagi untuk memberikan hadiahmu, Ryosuke” kemudian Anna menyalakan sketboard nya dan meninggalkan ruangan Ryosuke, menuju rumah pribadi nya yang memang tak jauh dari demon gakuen.

Rumahnya yang megah dan dipenuhi dengan pertahanan yang sangat kuat. Bukan hanya bodyguard, tapi juga perangkap yang di set oleh anna sendiri.

Dirumahnya, ia melepaskan semua chip yang ada di tubuhnya, membuang semua chip itu–sudah tak pantas dipakai karena sudah terkena air.

Di kamar–tidak, ruangan itu terlihat seperti laboratorium dibandingkan kamar.

Disana, ia menciptakan contactlense yang dapat menghilangkan radiasi, bahkan sinar matahati tak akan berpengaruh pada yang memakai nya. Alat ini Anna ciptakan untuk sang vampire, Ryosuke. Ia memilih warna hitam agar dapat sesuai dengan warna mata ryosuke, sehingga alat itu tak akan terlihat.

Contactlense yang anna ciptakan dapat menyatu dengan tubuh, sehingga akan sulit dikeluarkan ketika sudah terpasang.

Alat ini tidak akan membahayakan sang pengguna sedikitpun.

Setelah menyelesaikan hasil karya nya, istirahat sebentar dan tak lupa memakai chip chip baru pada tubuhnya, Anna kembali ke sekolah–ke ruangan ryosuke.

“Ini untukmu, pakailah” sambil memberikan sebuah kotak kecil pada Ryosuke.

“Contactlense? Untuk apa?” Tanya Yuri penasaran.

“Pakai dulu, baru aku jelaskan”

Setelah Ryosuke memakai contact lense itu, Anna langsung menarik gorden dan memperlihatkan cahaya matahari yang terik.

“Oi! Sial kau!” Ryosuke menutupi wajahnya–takut akan sinar matahari.

“Lepaskan tanganmu” Anna menarik tangan Ryosuke dibantu dengan Yuri walaupun Yuri sedikit heran.

Setelah melepaskan tangan Ryosuke, Ryosuke terdiam.

“Contact lense ini berfungsi untuk melindungimu dari cahaya matahari. Cahaya matahari tak akan berpengaruh padamu”

Kemudian Anna kembali duduk dan menaikkan kakinya keatas meja.

“Sasuga Anna” Chinen sumringah lalu mulai mengeluarkan sayapnya untuk terbang hanya untuk tidak menginjak lantai.

“Oh iya Ryosuke kau minta aku untuk melihat kekuatan monster dari kedua manusia itu kan? Aku sudah melihatnya berkali-kali. Tapi yang aku dapat itu hanya informasi kalau mereka baru menjadi monster” kata Chinen panjang lebar, membuat dahi pemuda vampire itu menyerngit.

Chinen menangkupkan kedua tangannya, lalu kembali terbuka bersamaan dengan cahaya layar besar yang keluar dari telapak tangan Chinen, ia melebarkannya dan mulai menghidupkan cahaya itu.

Di sana ternyata adalah list kekuatan dan kelemahan, nama, beserta foto deretan monster yang masih hidup. Kekuatan dan kelemahan monster itu di list secara acak sehingga mereka harus teliti.

Chinen terbang mendekati layar besar itu “disini baru kita bisa melihat kekuatan dan kelemahan para monster, nama Yuya dan perempuan itu tidak akan ada disini karena mereka sudah mati” jelas Chinen.

Ryosuke mendekat dan nampaknya ia sedang mencari sesuatu “kalau firasat ku, di sekolah ini sedang ada monster dengan kekuatan yang akan susah di kalahkan siapapun” ujar Chinen berpendapat.

Mulai nyaman dengan lens yang Anna berikan, memang tak dipungkiri kekuatan dan otak gadis ini luar biasa. Kali ini ia bisa menutupi kelemahan Ryosuke, itulah gunanya teman—kembali, laki laki ini tumbuh menjadi pria tanpa celah.

“Sugoii ne.” Ucap Ryosuke masih mengedipkan matanya.

Anna tersenyum puas, temannya itu menyukai karya buatannya.

Mereka bertiga merapat dan memperhatikan layar besar yang chinen pampangkan dengan kekuatan listriknya itu.

Anna memasang kemampuan chip pada jarinya, sehingga dapat menyentuh gelombang tegangan bergambar itu dengan aman.

Kemudian ia mulai membaca dan menganalisa.

“Ini seperti bermain puzzle monster”
Asik memasang masangkan kelemahan monster dengan profile yang tepat, pemikiran cepatnya bekerja. Dan Anna memang gadis yang tak kenal takut.

Semua ia anggap permainan, termasuk yg sedang ia lakukan ini.

Ryosuke memperhatikan seraya berpikir—menopang dagunya dengan sorot mata serius.

Kalau memang diantara kita bertiga saja tak ada yang dapat merasakan monster yang sesungguhnya disini, bahkan guru guru dan murid lain pun berhasil dirasuki tanpa perlawanan, kemungkinan monster itu…

“Yabaii ne. Yang menjadi lawan kita adalah monster tak kasat mata, tak bernyawa berhawa keberadaan. Bisa ada dimana mana seperti udara dan hampa anti gravitasi. Menyusup diantara molekul. Atau mungkin partikel terkecil.”

Menyadari ketakutan terbesarnya itu.

“Dia bisa ada dimana saja—” Lugas Ryosuke pada ketiga temannya. “Bahkan tak ada di semua daftar ini.” Tangan Ryosuke geram melempar vas kesegala arah dan menghancurkan koneksi listrik yang Chinen buat. Ia pusing menganalisa semua ini.

Membuang buang waktu dengan persetan cecenguk bawahannya. Hanya mengurusi hal yang tak penting.

Semua sudah terkelabui.

“Demon yang menjadi lawan kita tidak terdefinisikan.”

Bagaimana melawan sesuatu yang tidak kau ketahui, bahkan menemukannya saja kau tidak bisa.

Anna melihat sinis ke arah Ryosuke. “oi, kendalikan emosimu” katanya kemudian kembali memainkan puzze itu.

Selang beberapa waktu, Anna kembali menghidupkan satu layar lagi berisi identitas siswa di demon gakuen. “aku akan mencocokkan data siswa disini, mungkin ada dari mereka yang monster”

Setelah menganalisa, Anna berhasil menemukan 1 orang monster di sekolah ini. Tetapi siswa itu sudah tidak pernah datang ke sekolahan lagi.

“Siapa dia?” Tanya Anna pada kedua temannya.

“Murid kelas 2” jawab Ryosuke singkat. Kemudian Anna kembali menganalisa tentang murid tersebut. Identitas, tempat tinggal dan lain lain.

“Apa kita akan menemuinya?” Tanya yuri dengan wajah kesal karena Ryosuke menghentikan aliran listrik nya.

“Tidak perlu, kita selidiki saja dia” ujar Ryosuke, nafasnya masih memburu karena kesal.

Chinen menarik layar itu dan seketika ruangan kembali hening.

Mereka berfikir, berfikir bagaimana caranya agar bisa malawan makhluk yang keberadaannya saja tidak bisa di lihat.

Tapi kemudian, Chinen mendapatkan ide “Ryosuke, Anna” Chinen mengisyaratkan agar mereka berdua mendekat.

Bagaimanapun caranya mereka harus melakukan sebuah penjebakan, Ryosuke bisa menyebarkan racun dari dirinya, chip Anna bisa melakukan apa saja sesuai keinginannya, dan Chinen ia bisa terbang setinggi apapun, menyengat dari jarak sejauh apapun.

Dan yang terakhir, Ryosuke harus berpura-pura kalau ia masih tidak tahan dengan cahaya matahari, dengan kata lain Ryosuke menjadi umpan untuk melawan monster itu.

“Lalu bagaimana caranya? Dia kan tidak terlihat” tanya Ryosuke.

“Anna bilang, dia adalah murid dari sekolah ini kan? Pasti ketika sedang bersantai dia akan mewujudkan tubuhnya. Dan kau Ryosuke, kelihatan lemahlah saat ia menangkap mu, aku dan Anna akan membantu mu dari jauh” ucap Chinen “bagaimana?” Chinen menaikan alisnya, meminta persetujuan.

Berpikir akan ide Chinen yang mungkin sedikit banyak bisa di gunakan

Jadi, berakting lemah ya.

Apa monster kali ini dapat kita tumbangkan lagi semudah itu?

“Saa, kita selidiki rumah murid kelas dua ini dimana rumahnya, Anna?” Lugas Ryosuke mempersiapkan mobil monsternya, Chinen dengan sayapnya, dan Anna bersama skate kebanggaannya.

Pertama, mereka meneliti murid ini, diketahui namanya Shori Sato. Pemuda 1996 yang misterius.

Langkah selanjutnya memastikan kelemahan, dan teknik menjebak yang tepat. Juga skenario pengumpanan.

Dan pastinya mereka tak bisa melakukan ini beramai ramai. Harus beberapa gelombang pengintaian, atau menghilang secara keseluruhan. Tentu tak bisa menyatroni begitu saja kan? penjahat akan mudah kabur menyadari hal ini.

Dalam pemikiran mereka, bila mereka menyelidiki dedemit bawahan monster yang satu ini, pasti mereka dapat memperoleh ekor informasi akan dimananya dan seperti apa—nya, raja monster yang akan mereka hadapi kelak.

“Saa, ikou ka?” Smirk Ryosuke bersama tiga sekawannya yang tak gentar apapun.

To be Continue

Leave a comment