[Multichapter] Johnny’s Residence Chapter 1

Title : Johnny’s Residence
Chapter 1 : Kamar 601. Okada Junichi (V6)
Author : Mikurira
Pairing : Okada Junichi/Miyake Ken
Genre : Romance, Drama
Warning : Alternate Universe (AU), Boys’ Love (BL)
Rating : PG-13
Cast pada chapter ini : Okada Junichi (V6), Miyake Ken (V6), Morita Go (V6), Inohara Yoshihiko (V6), Sakamoto Masayuki (V6), Domoto Tsuyoshi (KinKi Kids), Ninomiya Kazunari (Arashi).
Mention/Cameo : Nagano Hiroshi (V6), Murakami Shingo (Kanjani8), Higashiyama Noriyuki (Shounentai), Nakajima Kento (Sexy Zone)

Summary : Johnny’s Residence berisi kisah-kisah tentang pemilik kamarnya dan kejadian di sekelilingnya. Siapa tahu ternyata ada tali tak kasat mata yang menghubungkan satu kejadian dengan kejadian lainnya?

Johnny’s Residence. Kamar 601.
Pemilik : Okada Junichi

 

Ada yang salah dengan Okada akhir-akhir ini.

Bukan. Ini bukan karena data statistika saham perusahaan yang sedang ditempatinya turun, bukan. Bukan pula karena tuntutan harga pembayaran kamarnya yang tiba-tiba naik menjadi 10 persen lebih dari harga sebelumnya itu juga bukan. Lalu apa yang membuatnya merasa aneh dengan dirinya sendiri?

Entah kenapa Okada merasa resah akhir-akhir ini. Semua perasaan mengganjal dalam hatinya ini terjadi karena seorang pria yang ditemuinya di sebuah bar sekitar dua minggu yang lalu. Lelaki itu bernama Miyake Ken—saat itu ia tidak sengaja mendengar nama lelaki itu disebut oleh para gadis yang duduk disebelahnya, karena itulah dia bisa mengetahui namanya. Okada sadar kalau dirinya sejak dulu tidak berindeks untuk menjadi seseorang yang belok, tapi entah kenapa ketika ia bertemu pandang dengan pria itu, tiba-tiba saja hatinya terasa terkenyuh seperti ada sesuatu yang mengganjal.

 

“Hmm, kudengar bisnis yang kau lakukan di perusahaan Buiroku sedang kacau,” ucap seorang pria menatap Okada yang berdiri di ambang pintu kamarnya pagi itu, “tapi itu tidak bisa jadi alasan kau hampir nunggak bayar kamar loh,” kata lelaki itu lagi sambil memberikan cek berupa pembayaran kamar bulan ini. Okada tersenyum tipis.

“Ah, kau nggak akan ngerti, Tsuyoshi-kun, bukan itu alasannya,” balas Okada pada lelaki bernama Tsuyoshi itu, “akhir-akhir ini aku suka mimpi buruk,” ucapnya sambil memperhatikan cek di tangannya.

“Itu lebih-lebih bukan sebuah alasan untuk kau nunggak bayar loh.”

“Aku tahu. Iya iya, nanti kutransfer. Ke rekening Higashiyama-san kan?” Okada memasukan ceknya ke dalam kantong celananya. Tsuyoshi tersenyum kecil.

“Ke rekeningku juga boleh, tapi paling nanti kau harus bayar lagi,” ujarnya tertawa kecil sebelum kemudian segera meninggalkan Okada yang hanya bisa menghela nafas sedikit tersenyum melihatnya.

Okada kemudian menutup pintu kamarnya kembali dan kemudian segera bersiap untuk berangkat menuju ke kantornya pagi itu. Dari dalam kamarnya, ia bisa mendengar suara dua orang pria berdialek Kansai cukup keras dari lorong kamar paling ujung, membuatnya hanya bisa tertawa saat mendengarnya.

Nandeyanen! Padahal aku udah bilang mau mandi duluan!” teriaknya kesal.

“Ya tapi badan aku kotor ini!” ucap lelaki lain bersahutan.

Okada dari dalam kamar hanya bisa tersenyum mendengarnya. Rasanya hampir setiap seminggu sekali ia selalu mendengar percakapan heboh dua orang di ujung kamar sana. Okada tahu pemiliknya adalah seorang pemain sepak bola reguler bernama Murakami Shingo, yang entah kenapa selalu diteriaki dengan nama ‘Hina’ oleh pria satunya—ia tidak mengenalnya, mungkin teman satu timnya? Atau mungkin saudaranya? Entahlah, Okada juga tidak terlalu tahu.

Tidak terlalu peduli lagi dengan suara heboh kedua orang itu, Okada segera menyelesaikan dirinya memakai jas hitamnya dan memberangkatkan dirinya ke kantor.

Hari itu bisa dibilang cukup mendung, membuat Okada hanya bisa cemas karena tidak membawa payung saat itu. Meskipun menaiki mobil, tapi tetap saja payung sangatlah krusial di saat-saat hujan seperti ini. Tidak mungkin juga kan dia akan memarkirkan mobilnya tepat di depan pintu masuk? Karena itulah Okada hanya bisa menghela nafas saat menatap rintikan hujan yang mulai turun dari dalam mobilnya.

Mungkin benar Okada sedang lelah beberapa waktu terakhir ini, pasalnya, akhir-akhir ia selalu bermimpi bertemu dengan pria itu. Miyake Ken. Anehnya lagi, di dalam mimpinya itu, Miyake Ken itu selalu tersenyum padanya, dan terkadang ada mimpi dimana ia berjalan di samping lelaki itu, seolah mereka adalah sepasang kekasih lama. Okada sendiri bingung bagaimana bisa ia bermimpi hal seperti itu hanya karena sekali berpandangan dengan pria yang ditemuinya di bar waktu itu, dan semakin memikirkannya, malah semakin membuat dirinya merasa aneh akan ketidakwajaran pikirannya saat itu.

Setelah menutup pintu mobilnya begitu selesai memarkirkan di basement, Okada segera berjalan masuk ke dalam kantornya, menyapa satpam di depan pintu masuk dan segera menaiki lift ke lantai 14 kalau saja tiba-tiba lift itu tidak berhenti di lantai 3. Pintu itu terbuka, memperlihatkan sosok yang ia kenal di sana.

“Yo, Okada,” sapa lelaki bernama Morita Go yang adalah teman satu kantornya itu. Okada hanya mengangguk saja sebelum menekan tombol menutup pintu.

“Tunggu!” dan sebuah suara berpita tinggi menahan jari Okada untuk menekan. Lelaki yang berteriak itu kemudian buru-buru masuk ke dalam, membuat Okada dan Go sempat kaget karenanya, “maaf,” ucapnya menatap ke arah Go dan kemudian ke arah Okada secara bergantian. Sementara yang ditatap hanya bisa membatu di tempat.

“Kamu ngapain sih, buruan tutup,” kata Go sadar dan segera menekan tombol lift itu untuk ditutup. Okada masih membatu di tempat, menatap lelaki yang baru saja masuk ke dalam lift secara terburu-buru itu.

Lelaki itu—lelaki yang diduga bernama Miyake Ken itu—membalikkan tubuhnya, seolah tidak ingin berpandangan terlalu lama dengan kedua pria di sana. Sementara Okada sendiri masih terdiam membisu dan terheran kenapa ia bisa bertemu dengan lelaki itu di sini. Di tempat ini. Di kantornya. Mungkin Okada sakit, hingga sampai berhalusinasi tentangnya di tempat seperti ini.

Tanpa ada pembicaraan apapun, pria itu akhirnya keluar dari lift tepat di lantai ke-10. Dan begitu lelaki itu keluar dari ruangan sempit itu, entah kenapa Okada langsung bisa merileksasikan badannya. Ia sendiri terheran dengan reaksi tubuhnya yang sempat menegang kaku karena kehadirannya.

“Siapa orang tadi? Baru?” tanya Okada pada Go di sebelahnya. Tapi Go hanya terdiam sejenak, menghela nafas sebelum menjawab ‘entah’ dengan nada datarnya.

Kedua pria itu kemudian sampai di lantai yang dituju. Okada kemudian segera berbelok ke arah ruangannya, sementara Go juga pergi ke tempat kerjanya.

Hari ini akan banyak tugas, pikir Okada begitu menyadari banyaknya tumpukan dokumen yang harus dia cek di atas mejanya. Baru saja duduk di depan mejanya, dari kejauhan ia bisa mendengar suara atasannya, Sakamoto Masayuki, yang tengah berbicara pada rekan di sebelahnya dengan cukup serius. Dan saat itulah ia bisa melihat Sakamoto dan Inohara yang berjalan mendekat ke arahnya.

“Okada-kun, selamat pagi,” sapa Inohara tersenyum lebar. Terlalu lebar hingga kedua matanya yang sipit itu hanya menjadi sebuah garis lengkung saja. Melihat itu, Okada tersenyum, menjawab sapaan itu sambil berdiri.

“Selamat pagi—”

“Ah, ini Okada Junichi, manajer marketing perusahaan kita,” Sakamoto tiba-tiba membawa pria yang berdiri di belakangnya ke depan.

Jantung Okada hampir berhenti berdetak saat itu. Ia gagal menangkap keadaan dirinya sendiri ketika menyadari bahwa ada seorang lagi yang berjalan bersama kedua atasannya itu. Dan hanya dengan melihat sosoknya di sana, mata Okada langsung membulat terkejut karena kaget mendapati pria yang tadi ditemuinya di lift itu—alias pria yang menghantui pikirannya yang bernama Miyake Ken itu—kini berdiri di hadapannya.

“Dia adalah Miyake Ken, yang akan menjadi salah satu bagian dari divisi pemasaran nantinya,” kata Sakamoto memberitahu.

Okada dahinya mengernyit, pikirannya sedang melayang pergi dari tempatnya sebelum akhirnya ia menyadari tangan Inohara yang menyentuh bahunya, menyadarkannya dari lamunan.

“Ah, Okada Junichi,” Okada menjabat tangan lelaki di depannya.

“Miyake Ken, panggil saja Ken tidak apa-apa,” kata lelaki itu ikut mengeratkan tangannya sembari tersenyum kepadanya. Okada sempat terpaku di tempat sebelum dehaman suara Inohara mengembalikannya dalam realita saat ini.

“Ehem, karena dia baru saja dipindahkan dari cabang perusahaan kita di Kyoto, dan bukan anak baru yang harus di training terlebih dahulu, jadi aku rasa tidak ada yang perlu diberitahukan kembali kan?” tanya Inohara memastikan. Ken mengangguk saja menanggapinya.

“Kalau begitu, kalian bisa mulai bekerja sama untuk kedepannya,” tepuk Sakamoto pada kedua pundak lelaki yang baru saja selesai berjabat tangan tadi, “aku akan kembali ke ruanganku—dan Inohara, tolong beritahu Nagano untuk datang ke ruanganku sebelum makan siang nanti,” ucapnya memberitahu kepada Inohara dan kemudian meninggalkan mereka untuk segera melanjutkan pekerjaannya.

Selesai memberitahukan beberapa hal kepada kedua pria itu, Inohara pun juga langsung kembali ke ruangannya untuk menyelesaikan tugasnya, membiarkan kedua pria itu dalam keheningan di sana.

Merasa tidak ada lagi hal yang bisa diperbincangkan, Ken kemudian hanya bisa menatap Okada sejenak sebelum mencoba untuk pergi dari tempat itu.

“Kalau begitu aku juga…” Ken yang awalnya hendak kembali ke mejanya yang berada dibalik lima sekat dari meja Okada itu, kini terhenti karena Okada yang tiba-tiba saja mencegahnya. Menarik tangannya dengan kuat—entah untuk alasan apa, Okada juga tidak mengerti kenapa dia melakukannya.

Ken kaget. Ia hanya bisa menatap Okada dengan tatapan terkejut.

“Anu… Okada-san…?” Ken menatap Okada bingung. Sedang yang ditatap baru saja sadar dari pemikirannya barusan.

“Ah, maaf,” kata Okada segera melepaskan tangannya, “maksudku, uh, kalau butuh bantuan, kau bisa tanyakan padaku,” ucap Okada lagi memberitahu sambil menyentuh tengkuknya merasa aneh dengan tindakannya barusan.

Melihat itu, Ken hanya bisa terdiam sejenak menatap gelagat kaku pria yang ada di hadapannya. Entah kenapa mendengar gaya bicaranya dan sikapnya yang kaku itu membuat Ken tersenyum kecil sendiri.

“Um, terimakasih,” Ken membungkuk memohon pergi dari tempat. Dan begitu sosok itu telah hilang dari pandangan, kini Okada hanya bisa menghela nafas sembari memegang bahunya yang terasa kaku.

“Aku kenapa sih…” gumamnya menghela nafas panjang.

 

Hari itu selesai pulang dari kantornya, Okada memutuskan untuk membeli beberapa bahan makanan untuk dimasaknya hari ini. Kebetulan ia bertemu dengan Ninomiya Kazunari—atau yang akrab dipanggil Nino itu—di supermarket. Nino adalah penghuni kamar 603, seorang pemusik berbakat yang juga tinggal satu lantai dengan Okada.

“Entah kenapa kesal juga sih dengerin kamar diujung itu suka teriak pagi-pagi,” curhat Nino sambil memperhatikan jalanan.

“Ah, Murakami-kun?” Okada fokus menyetir di sebelahnya.

“Aku jadi susah untuk menulis lagu, tsk,” Nino berdecak. Okada tertawa mendengarnya.

“Kudengar kau berteman dengan Ohno-Ohno itu?” Okada mengerem mobilnya saat menyadari lampu merah di hadapannya, “seniman yang membuka pameran Freestyle itu kan?” tanya Okada lagi. Tapi Nino tidak menjawab, dia lebih memilih untuk diam begitu mendengar nama itu disebut, “kemarin aku lihat dia datang—”

“Ah, tadi pagi Tsuyoshi-san bilang akan ada penghuni kamar baru di 602 tahu,” kata Nino mengganti topik. Begitu cepat ia memotong perkataannya, membuat Okada hanya bisa berpikir kalau mungkin dia tidak begitu berteman baik dengannya. Padahal terakhir ia melihat lelaki itu sedang berbicara berdua di lobi bawah residen, tapi sepertinya mereka sedang tidak akrab sekarang.

“Aku tidak tahu,” jawab Okada datar, “SMA? Kuliah? Kerja?” tanya Okada akhirnya mengikuti arus pembicaraan.

“Entah, mahasiswa mungkin, satu angkatan dengan Kenty mungkin,”

“Kenty?”

“Kento Nakajima, 609…” kata Nino memberitahu. Okada hanya mengangguk sok tahu saja meskipun ia sebenarnya tidak terlalu mengenalnya, “kupikir Okada-kun tau soal pindahan orang baru di 602 itu, habis dia akan tinggal di sebelah kita kan?” kata Nino lagi sambil turun dari mobilnya karena telah sampai di parkiran depan residen mereka.

Nah, aku tidak tahu,” ucapnya mengunci mobilnya, “tidak ada yang memberitahuku hari ini. Tadi pagi Tsuyoshi-kun hanya menagihku uang bulanan jadi aku—oh

Dan satu-dua jeruk jatuh dari plastik yang dibawa Okada tiba-tiba; bergulir dramatis layaknya sinema dalam layar besar dua satu. Okada lagi-lagi terpaku di tempat untuk kesekian kalinya hari itu. Ia kaget menatap pria itu, lagi, untuk yang kesekian kalinya. Dia berdiri di ambang pintu masuk residen mereka. Sukses membuat Okada kaget dengan kehadirannya.

Demi dewa apapun yang ada di bumi, Okada berharap bukan dia penghuni kamar baru residen mereka. Atau kalau tidak, Okada tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

 

Bersambung

Note : Halo, Mikurira here! Saya author baru di sini^^ Maafkan saya yang suka ossan om om tua ini ya wkwkwkw Bagi yang nggak tahu orang-orang ini, boleh liat fotonya dengan mengklik nama di cast bagian atas. Udah kukasih link gambar kok :’)
Btw untuk tambahan, Johnny’s Residence punya banyak kamar sebenarnya, tapi saya fokus di lantai 6. Untuk saat ini yang sudah diketahui 601 Okada Junichi. 603 Ninomiya Kazunari. 609 Nakajima Kento. 610 Murakami Shingo. Pemilik residen cabang ini(?) Higashiyama-san. Pengurusnya ada dua, Domoto Tsuyoshi dan seseorang lagi hehe. Nanti bakal banyak JE lain yang keluar kok, dan anu… ini menjurus BL kebelakangnya jadi… persiapkan hati kalian bagi yang nggak suka www.

 

2 thoughts on “[Multichapter] Johnny’s Residence Chapter 1

  1. nikonikofic

    kyaaaaa ada yang post tentang om om picik
    dan gambar okadanya menggugah selera banget. okaken…pair jarang ada tp manis manis unyu!
    yoroshikuuuu mikurira 😉
    suka v6 jugakah?

    Reply
    1. Mikurira Post author

      iya hehehe ❤
      iya ya huhuw~ banyak yang ship goken sih (aku juga) tapi juga suka okadaken 😀
      yoroshiku! XD
      Iya aku suka V6 kok, aku universal JE wkwkwk XD

      Reply

Leave a comment