[Oneshot] 365 Days Family

Title       : 356 Days Family
Type      : Oneshot
Author    : Dinchan Tegoshi
Genre     : Family, Romance
Ratting    : PG-13
Fandom   : JE
Starring    : Morimoto Ryutaro, Arioka Daiki (HSJ), Morimoto Miyako (OC), Morimoto Sora (OC), Suzuki Saifu (OC), dan orang-orang yang lewat.. 😛
Disclaimer    : I don’t own all character here. Arioka Daiki and Morimoto Ryutaro are belongs to JE, Sora are my own OC, Miyako and Saifu saia pinjem dari orang… 🙂
COMMENTS are LOVE… it’s just a fiction.. please read it happily~ I love comment… please leave some comment~ ^^

365 Days Family

“Ryuuuu!!!” Miyako mengguncang-guncang tubuh Ryutaro yang sama sekali tak mau bergerak.

“Urusai…” Ryutaro mendorong tubuh Miyako dari ranjangnya lalu menutup kupingnya dengan bantal.

Miyako tak mau kalah, lalu menarik selimut yang dipakai Ryutaro dan mengambil bantal yang menutupi wajah pemuda itu dan memukuli si pemuda yang masih terlelap itu dengan keras.

“Ryuuu!! Banguuuuunnn!!”

Begitulah setiap paginya di kediaman Morimoto. Ryutaro yang paling muda memang selalu sulit dibangunkan. Miyako yang juga kakak kembar Ryutaro selalu kedapatan tugas untuk membangunkannya.

“Neechan…lain kali neechan saja yang bangunkan Ryuu… aku capek…” keluh Miyako yang lalu duduk di meja makan.

“Sora-nee…lain kali yang bangunkan aku Neechan saja…Miya selalu membuat badanku sakit semua…” rengek Ryutaro pada Sora.

Sora mengacak rambut Ryutaro dan masuk ke dapur untuk menyiapkan sarapan bagi mereka.

“Makanya bangun sendiri…masa sudah SMA masih harus dibangunkan?” Sora menggeleng-geleng dan memberikan adik kembarnya semangkuk miso shiru serta nasi dan lauknya.

“Huuuu~ dengerin tuh apa kata Neechan!!” seru Miyako tak mau kalah.

Ryutaro mencubit pipi Miyako, “Diam kau! Bawel!”

“Heh! Gak boleh gini sama kakak!!” balas Miyako lalu balas mencubit pipi Ryutaro.

“Kakak juga cuma beda tiga menit…apanya yang kakak?!” protes Ryutaro masih juga mencubit pipi Miyako.

“Aku tetap kakakmu!!!”

“Mou… sudahlah…ah iya… malam ini aku ada rapat acara kampus…kalian di rumah sampai aku pulang ya…” ucap Sora yang memang sudah menjadi mahasiswi di sebuah perguruan tinggi.

Sora membesarkan kedua adiknya itu seorang diri. Ayahnya memang masih ada, tapi berkeliling dunia untuk bekerja, sementara ibu mereka memang sudah tidak ada sejak adik kembarnya baru berumur enam bulan.

“Sebentar lagi kita ulang tahun kan?” kata Ryutaro saat mereka berangkat ke sekolah.

Miyako yang berjalan di sebelahnya mengangguk-angguk, “Memangnya kenapa?”

“Neechan kasih kita hadiah gak ya? Dia akhir-akhir ini sibuk sekali…” ungkap Ryutaro.

“Sou ne…”

“Tapi…aku tak bisa juga merayakannya dengan kalian sih…” kata Ryutaro tiba-tiba.

“Hah? Maksudmu?” selama enam belas tahun ulang tahun mereka, tak pernah sekalipun mereka merayakannya tak bersama.

Mereka selalu melakukannya bersama, dan baru kali ini Ryutaro mengatakan hal yang aneh seperti ini.

“Ryuu!! Jangan bercanda deh…kok kamu bilang gitu?” Miyako cemberut, tak rela kembarannya berkata seenaknya begitu.

“Karena aku sudah punya pacar!! Hahaha…aku mau merayakannya dengan pacarku saja!! Jya na!! Aku duluan yaa… Miya-Nee…” pamit Ryutaro lalu berlari menjauh dari Miyako yang bahkan tak sempat mencegah adik kembarnya berlari.

===========

“Ohaaa!!” sapa Ryutaro ketika gadis yang ia tunggu akhirnya keluar dari rumah.

“Ryuu-kun!! Ohayou! Kau menjemputku?” tanya gadis itu bingung.

Ryutaro mengangguk dengan bersemangat, “Mochiron!! Menjemput pacar sendiri boleh kan, Fu-chan?”

Saifu tersenyum dan mengangguk.

“Bukannya kau selalu berangkat dengan kakakmu?” tanya Saifu ketika mereka sudah berjalan beriringan.

“Memangnya, aku tak boleh berangkat denganmu?”

“Bukan begitu… jadi kakakmu pergi sendirian?” tanya Saifu.

“Tak apalah…dia sudah besar…” ucap Ryutaro lalu mengambil tangan Saifu dan menggenggamnya.

Sudah resmi dua bulan mereka berpacaran. Memang awalnya Ryutaro hanya iseng saja bilang pada teman-temannya kalau ia menyukai Saifu yang memang sekelas dengannya. Sampai teman-temannya memintanya untuk menembak Saifu. Ryutaro tak pernah berbicara dengan gadis lain selain Miyako dan Sora. Namun, setelah menyatakan isi hatinya, Saifu menerimanya dan setelah berpacaran, Ryutaro justru merasa cocok dengan Saifu yang manis dan perhatian padanya.

Miyako berjalan sendirian. Ia tak terbiasa, karena Ryutaro selama ini selalu mendampinginya.

Kemanapun.

Ini pertama kalinya Ryutaro tak mendengarkan dirinya, ia pun mulai kesal dengan siapapun pacar Ryutaro itu.

“Eh? Miyako-chan?” sebuah suara menyadarkan lamunan gadis itu.

“Eh! Daiki-Nii!!” seru Miyako yang kaget bisa bertemu dengan Daiki di daerah sini.

“Sendirian? Mana Ryuu?” tanya Daiki, “Tak biasanya aku melihat Miyako-chan berjalan tanpa Ryuu…” ucap Daiki.

“Dia sekarang sudah punya pacar…huh! menyebalkan!” umpat Miyako kesal.

Arioka Daiki adalah teman kakaknya, Sora. Selama beberapa bulan yang lalu, Daiki sering ke rumah mereka. Entah hanya untuk mengerjakan tugas atau sekedar bertamu dan membelikan mereka makanan.

“Apa Miyako-chan juga ingin punya pacar?” tanya Daiki sambil menyenggol bahu Miyako pelan.

Iya.

Kalaupun ia ingin punya pacar, mungkin orang seperti Daiki adalah impiannya. Baik, tampan, perhatian, tak ada cela sama sekali.

“Sekolahmu itu kan?” Daiki menunjuk ke arah gedung sekolah di depan mereka.

Miyako mengangguk.

“Baiklah…aku sudah mengantarmu dengan selamat… hati-hati ya!!” Daiki menjauh sambil melambai pada Miyako.

Ia baru sadar kalau jalan menuju sekolahnya dengan jalan menuju universitas berlawanan arah, tapi Daiki mengantarnya sampai ke depan sekolahnya.

“Daiki-nii…” gumam Miyako, merasa dadanya tiba-tiba menjadi hangat, mungkin ia memang suka pada Daiki.

============

Hari ini, akhirnya Miyako juga pulang seorang diri. Ryutaro sama sekali tak muncul di kelasnya, tidak seperti biasanya.

‘Siapa sih gadis itu? Bisa-bisanya merebut perhatian Ryuu!!’ batin Miyako.

Dia kesal dan tak bisa berbuat apa-apa.

Sebelum pulang, Miyako memutuskan untuk membeli makanan di toko 24 jam. Sekalian membeli beberapa camilan untuk menemaninya belajar.

“Ryuu-kun mau pocky juga?” Saifu menyodorkan pocky rasa strawberry kepada Ryutaro yang menggenggam tangannya bahkan ketika mereka di dalam toko 24 jam sekalipun.

Ryutaro menimbang-nimbang, “Hmmm… itu yang coklat aja deh…” katanya.

Saifu mengambilkan yang rasa coklat, lalu saat ia menengadah, tanpa aba-aba bibir Ryutaro sudah mencium bibirnya.

Mata Saifu melotot menatap Ryutaro yang akhirnya melepaskan ciumannya, “Ini kan tempat umum, Ryuu…” protes Saifu.

“Shouganai na… habis bibirmu ingin ku cium…”

Saifu mencubit pipi Ryutaro, “Alasan yang tidak masuk akal…”

BRAKK!

Sebuah keranjang jatuh di dekat mereka, baik Ryutaro maupun Saifu menoleh dan mendapati Miyako yang menjatuhkan keranjang itu.

“Miya-nee!! Ini…”

Dengan cepat Miyako memungut barang belanjaannya dan menjauh dari Ryutaro, “Baka!!” serunya lalu keluar tanpa membawa makanan sama sekali.

Miyako menangis sepanjang perjalanan pulang. Ia cemburu, Ryutaro tak pernah perhatian pada gadis lain selain dirinya. Ryutaro tak pernah menggenggam tangan gadis lain selain tangannya.

Ini pertama kalinya Miyako melihat adik kembarnya itu dengan gadis lain.

Ia tak rela, kenapa Ryutaro jadi berubah?

Miyako berlari ke taman kecil yang dulu sering menjadi tempatnya dengan Ryutaro bermain. Sambil menunggu kakaknya pulang bekerja paruh waktu, mereka bermain di tempat itu.

“Are? Miyako-chan?”

Miyako mendongak dan mendapati Daiki yang ada di hadapannya.

“Aku bertemu dengan Miyako-chan dua kali hari ini… unmei ka na?? (Ini sudah nasib ya?)” ucap Daiki lalu duduk di sebelah Miyako.

Gadis itu buru-buru mengusap air matanya, “Anou…kenapa Daiki-nii bisa ada disini?”

“Aku mau ke rumah kalian, karena ada tugas Sora yang tertinggal di tempatku… tapi seharian tadi aku tak bertemu dengannya…” kata Daiki sambil memperlihatkan sebuah amplop di tangannya.

Miyako mengangguk mengerti, “Tapi Neechan bilang hari ini dia ada rapat acara…”

“Iya…aku memang hanya akan menitipkannya pada kalian kok… Sora sudah bilang begitu…” jelas Daiki lagi.

“Sou ne…”

“Jadi…kenapa ada gadis semanis kau menangis malam-malam di taman ini?” Daiki menunduk menatap wajah Miyako yang sembab.

“Betsu ni…” Miyako tak mau menjawab.

“Cuma ada dua hal yang bisa membuatmu menangis…”

Miyako menatap Daiki.

“Satu… kau bertengkar dengan pacarmu?” Daiki menatap gadis yang duduk di sebelahnya, Miyako menggeleng.

“Kalau begitu… kau bertengkar dengan Ryuu?”

Miyako membuang pandangannya dari Daiki, yang justru menjawab segala pertanyaan Daiki.

“Yappari… Ryuu? Ada apa dengannya?” tanya Daiki.

Belum sempat Miyako menjawab, perutnya berbunyi karena seharian ini ia hanya makan sedikit sekali. Saat istirahat pun ia tak menghabiskan makanan di kafetarianya.

Daiki terkekeh, “Kau lapar? Belum makan?”

Dengan wajah memerah Miyako mengangguk.

“Ayo ke rumahmu…akan ku masakan sesuatu…” kata Daiki.

Ternyata Ryutaro belum pulang saat Miyako dan Daiki sampai di kediaman Morimoto. Entah apa yang dilakukan bocah itu diluar bersama kekasihnya?

Setelah ganti baju, Miyako menuju ruang makan, Daiki sudah selesai membat omurice untuknya.

“Douzo…” kata Daiki sambil menyimpan sepiring omurice di hadapan Miyako.

“Waahh!! Keliatannya enak!!” Miyako langsung melahap makanan itu.

“Akhirnya kau tersenyum juga…” gumam Daiki.

“Hmmm?” Miyako menatap Daiki, karena tak mendnegar jelas apa yang dikatakan Daiki tadi.

Daiki menggeleng, “Tidak ada apa-apa…”

“Anou… Ryuu-kun… mending pulang saja ya?” ucap Saifu sedikit ngeri dengan keadaan kamar yang menurutnya aneh.

Perlengkapan aneh-aneh yang sama sekali belum pernah ia lihat berserakan di kamar ini. Borgol, tali, kasur yang terlalu berwarna-warni, dan barang-barang lain yang mengerikan.

“Aku gak mau pulang…” rengek Ryutaro.

Memang setelah Miyako pergi, Ryutaro jadi tidak mood untuk pulang. Ia mengajak Saifu ke Love Hotel, karena memang hanya tempat itu yang bisa ia bayar.

“Chotto kowai yo, kore… menyeramkan…” kata Saifu yang menatap lampu warna-warni yang menerangi kamar itu.

Ryutaro menatap Saifu yang duduk di sebelahnya, lalu tiba-tiba mendorong badan Saifu sehingga tubuh gadis itu kini ada di bawahnya.

“Ryuu-kun…” Saifu menatap Ryutaro tak percaya.

Apakah ini saatnya mereka melakukannya? Sementara Saifu merasa tak siap. Sedikit demi sedikit wajah Ryutaro mendekat lalu mencium bibir Saifu.

“Ngomong-ngomong, kau tak apa-apa bertengkar dengan kakakmu, tadi?”

Gerakan Ryutaro yang sedang menciumi leher Saifu terhenti. Melepaskan diri dari gadisnya dan duduk di pinggir kasur.

“Kau lihat tadi, kan? Miya-nee juga punya pacar… tapi dia malah memarahi aku…”

Memang tadi Ryutaro dan saifu mengejar Miyako, tapi gadis itu sedang berbicara dengan Daiki di taman.

Saifu ikut kembali duduk dan memeluk Ryutaro, “Kau juga cemburu ya neechanmu punya pacar?”

“Betsu ni…”

“Jangan bohong… iya kan?”

Ryutaro memutar bola matanya dan manyun karena kesal. Ia lebih kesal karena pemuda itu adalah Daiki, satu-satunya orang yang tidak akan dia restui untuk bersama kakaknya.

“Kalau aku gak boleh pacaran…harusnya dia juga!” kata Ryutaro lagi.

“Lebih baik kau bicara dengannya…mungkin aku juga harus mengenalkan diriku padanya…jadi, kalian tidak bertengkar lagi. Iya kan?” seperti biasa Saifu selalu bisa menenangkan Ryutaro yang meledak-ledak.

“Gomen Fu-chan…aku sampai membawamu kesini karena emosi…” kata Ryutaro, memeluk Saifu dan mencium puncak kepala gadis itu dengan sayang.

“Aku percaya kok Ryuu-kun tak akan memaksaku…”

“Tapi karena kamar ini sudah dibayar, kita tidur disini saja ya?” Ryutaro menatap Saifu.

Saifu sedikit takut, menatap Ryutaro.

“Hanya tidur saja…aku janji…”

Ryutaro menarik tubuh Saifu ke pelukannya, lalu tidur dengan memeluk Saifu, “Oyasumi… Fu-chan…”

============

“Tadaima…” Ryutaro akhirnya pulang ke rumah setelah mengantarkan Saifu ke rumahnya dan mendapat amukan dari Ayah serta kakak Saifu.

“Okaeri… kau dari mana? Huh?” Sora sudah berdiri di depan pintu dengan membawa sapu di tangannya.

Beruntung ini hari sabtu sehingga ia tak usah ke sekolah.

“Bukan urusan neechan!!” ucap Ryutaro sambil masuk ke rumah tanpa memerdulikan sang kakak yang marah padanya.

“Jadi urusanku!!” Sora menarik jaket yang dikenakan Ryutaro hingga pemuda itu hampir terjatuh.

“Mou…sudahlah… tak usah mengurusiku…”

PLAKK!

Sebuah tamparan mendarat di pipi Ryutaro.

“Kalau aku yang bukan mengurusimu… siapa lagi?!”

“Pasti Ryuu semalam dengan pacarmu kan? Ngaku kau kemana?” Miyako tiba-tiba muncul di dekat mereka.

“Kau juga semalam dengan pacarmu kan?! Daiki itu!! Iya kan?”

Pegangan Sora pada jaket Ryutaro terlepas, “Daiki? Arioka?” seakan memastikan bahwa ia tak salah dengar.

“Iya! Arioka Daiki! Ngaku kau!!” seru Ryutaro pada Miyako.

Miyako menjawab dengan suara keras, “Iya!! Dia pacarku?!! KENAPA?! Masalah denganmu?!!”

Ryutaro mendelik dan berlari menuju kamarnya di lantai dua rumah itu. Sementara Miyako dan Sora hanya terpaku di tempat.

Daiki baru saja selesai membereskan kamar apartemennya ketika ponselnya tiba-tiba menyala.

“Are? Sora?”

Daiki mengangkat telepon itu, “Moshi-moshi? Ada apa Sora-chan?”

“DAI-CHAAAANNN!!!”

Teriakan itu sukses membuat Daiki menjauhkan ponselnya dari telinganya.

“Ada apa ini?” tanya Daiki yang kaget sepagi itu Sora meneleponnya, terlebih lagi berteriak-teriak.

“Apa maksudmu memacari adikku?! Kau bodoh atau otakmu sudah rusak?!” umpat Sora yang kesalnya sudah mencapai puncak.

“Maksudmu?”

“Kau pacaran dengan Miya kan? Aku tahu kau masih sakit hati karena aku menolakmu… tapi bukan berarti kau bisa berpacaran dengan adikku!! Kau mau mempermainkannya?” ungkap Sora panjang lebar.

Daiki memang menyukai Sora. Beberapa bulan ini ia mendekati gadis itu, namun sama sekali tak ada respon positif dari Sora. Gadis itu menolaknya terus, bahkan mengatakan bahwa Daiki tak perlu lagi ke rumah.

Tapi awalnya ia tak mau menyerah, sampai Sora memperkenalkan kekasihnya, Aiba Masaki, di hadapan Daiki.

“Aku rasa itu hak ku untuk berpacaran dengannya atau tidak? Kenapa kau jadi sewot? Kamu cemburu?!” Daiki termakan emosinya hingga ketenangannya selama ini meluntur sudah.

Sora mendesah, “Kau bodoh?! Mana ada aku cemburu?! Aku hanya tak ingin kau menyakiti adikku… dia masi terlalu muda untukmu…” ucap gadis itu mulai hilang kesabaran.

“Tidak… aku tidak akan mengecewakannya. Kau tak perlu takut,” Daiki menutup ponselnya lalu bersungut-sungut karena mood hari liburnya hilang seketika.

Sementara itu Miyako yang mencuri dengar dari luar kamar kakaknya kaget dengan apa yang ia dengar.

“Kau dengar kan? Daiki Arioka itu bukan pria baik-baik… dia hanya mau mempermainkanmu saja…” ternyata Ryutaro juga ada disitu tanpa Miyako sadari.

Miyako serta merta berdiri, “Kau tak usah mengurusiku! Dai-chan itu pacarku, jadi jangan sok tahu!” padahal Miyako sendiri menyimpan serbu pertanyaan akan hati Daiki.

Ryutaro mencibir dan turun ke bawah untuk mengambil minum. Ia pastikan akan menghajar Daiki Arioka jika bertemu lagi dengan pemuda itu. Miyako bukan gadis yang bisa ia permainkan, tidak selama Ryutaro masih hidup. Ia sudah berjanji dalam hatinya untuk selalu melindungi kakak kembarnya itu.

============

Hari rabu yang cukup cerah, tidak secerah perasaan Miyako. Suasana rumah sama sekali tak kondusif, terlebih lagi ia tak mau bicara pada Sora ataupun Ryutaro. Begitu juga kedua saudaranya itu sama sekali tak ada yang mau bicara satu sama lain.

Seharian ini ia murung hingga sekolah selesai. Saat berjalan menuju gerbang, ia melihat sosok yang tak ia percayai ada di hadapannya.

“Daiki-nii…”

“Konnichiwa… Miyako-chan…” sapa Daiki yang berdiri di gerbang sekolah.

“Konnichiwa!!” balas Miyako gugup.

“Anou… aku mau minta maaf soal aku…”

Daiki mengajak Miyako ke sebuah kedai es krim di dekat sekolah.

“Kau mengaku pacarku? Begitu?” tanya Daiki dengan serius, namun akhirnya ia terkekeh.

Miyako menunduk dalam, karena menyesal.

“Aku tak keberatan sih… toh aku juga tak punya pacar…hehe.. jadi jangan cemberut gitu. Miyako…” Daiki mengangkat dagu Miyako.

“Tapi aku tak tahu kalau Daiki-nii…” Miyako sepertinya enggan mengatakannya, “terhadap Sora-nee…”

“Aku menyukainya. Ya… itu dulu. Aku menyukainya sejak pertama kali kita berteman di mata kuliah yang sama. Tapi, Sora sudah menolakku dengan tegas…” ucap Daiki yang menerawang ke peristiwa dikenalkannya dengan pacar Sora.

“Eh? Iya… tapi…”

“Sora dan aku memang mungkin lebih cocok jadi teman… ia terlalu mendominasi dan aku mungkin tak cocok dengannya,” Daiki menyendok es krimnya, lalu menatap Miyako yang masih menatapnya sejak tadi, “Kau mau ini?” tawarnya.

Miyako menggeleng, lalu hanya diam tak bisa mengeluarkan kata apapun.

“Hmmm… kalau kita coba saja jadi pacar beneran, Miyako-chan mau?”

“Hah?”

“Aku juga sudah terlanjur bilang pada Sora kalau kita berpacaran… jadi, kita coba saja jadi pacar? Bagaimana?”

==============

Saifu yang berjalan beriringan dengan Ryutaro mendadak berhenti dan menarik tangan kekasihnya yang sedang dipenuhi dengan pikiran buruk.

“Ryuu… kalau sedang kesal, ceritalah padaku…” ucap Saifu.

Ryutaro menoleh ke belakang, menatap Saifu, “Tak perlu kuceritakan… sumber masalahku sekarang kedua kakakku…” ungkapnya.

Saifu mendekati Ryutaro, “Baikan dong… pasti tak enak kan, satu rumah tapi terus diam-diaman?”

“Tapi…aku tak salah…” protes Ryutaro.

“Siapapun yang salah, harus ada yang memulai untuk meminta maaf, iya kan?” Saifu menyelipkan tangannya di lengan Ryutaro, “Kau pasti merasa kesepian makanya kau membawaku berjalan memutar begini kan?”

Mereka memang tidak melewati jalan yang biasa mereka tempuh ketika pulang sekolah.

Ryutaro membuang nafas berat, “Sebentar lagi ulang tahunku dan Miya… tapi kami sama sekali tak berbicara satu sama lain…” keluhnya, akhirnya menceritakan kegundahannya pada gadisnya itu.

“Kalau begitu ayo cari kado untuk neechanmu itu? Berbaikan sambil membawa kado agr ia mau menerima maafmu? Bagaimana? Ideku bagus kan?”

“Tapi, di ulang tahunku aku ingin berdua saja dengan Fu-chan…”

“Dame!! Kau tak boleh melewatkannya denganku… Ryuu terlahir kembar dengan Miyako… itu artinya kalian berbagi semuanya bersama, sejak dari kandungan, hingga sekarang kau ada disini. Aku bersyukur pada Miyako karena dia, maka Ryutaro Morimoto juga ada disini sekarang, bersamaku. Iya kan?” Saifu berkata demikian lalu mengambil kedua tangan Ryutaro.

“Tak enak kan bertengkar dengan kembaranmu? Kau harus minta maaf karena sudah membentaknya…”

Ryutaro menarik tubuh Saifu dan memeluknya.

“Hei!! Kebiasaan buruk!! Ini di tempat umum!!!” protes Saifu mencoba melepaskan diri.

Ia bersyukur bertemu dengan gadis seperti Suzuki Saifu.

============

Miyako sedang membaca sebuah novel ketika pintu kamarnya diketuk dari luar. Ia segera beranjak dan membuka pintu itu.

“Ryuu?” Miyako agak kaget melihat bocah yang biasanya paling gengsi meminta maaf itu kini berada di hadapannya, membawa sebuah tulisan ‘GOMEN’.

“Ada apa ini?” Miyako memiringkan kepalanya bingung.

“Kau bisa baca kan? Ya ini maksudku…” Ryutaro menoleh untuk menghindar dari tatapan Miyako.

“Hahahaha…” Miyako tertawa keras sekali sampai perutnya sakit, “Sebegitu susahnya kah kau mengucapkan kata maaf?”

Ryutaro berdehem sesaat, “Gomen… Miyako…”

“Aku juga minta maaf… aku salah karena tiba-tiba marah padamu dengan alasan tidak jelas, selain itu… sepertinya aku cemburu, makanya aku marah padamu…”

Memang beberapa hari ini Miyako mengintrospeksi dirinya, bahwa memang dirinya yang salah juga.

“Cemburu?”

“Kita tak pernah berpisah sebelumnya… Ryuu selalu memperhatikanku lebih dari gadis manapun… aku jadi tergantung dengan hal itu, maka saat Ryuu punya pacar dan lebih memerhatikan pacarmu, aku tak rela…” ucap Miyako.

“Aku juga cemburu, apalagi kau berpacaran dengan Daiki! Dia itu menyukai Sora-nee… kau tahu? Tapi sekarang…”

Miyako secara refleks menutup mulut Daiki dengan telapak tangannya, “Daiki-nii sudah menjelaskan semuanya padaku… jadi, aku tak merasa ia membohongiku. Lagipula, awalnya aku hanya kesal lalu mengakui bahwa Daiki-Nii itu pacarku…” jelas gadis itu.

“Eh? Maksudmu?” ryutaro menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu.

“Ya…. awalnya aku hanya ngaku-ngaku saja karena kesal pada Ryuu…”

“Jadi kau tidak benar-benar pacaran dengannya?” tanya Ryutaro sumringah.

“Aku malah jadian beneran sama dia…hahaha…” muka Miyako memerah bila ingat akan kejadian tempo hari, “Ryuu no okage de… berkat Ryuu…”

“Sial!! Huhuhu…” gumam Ryutaro, “Pokoknya kalau dia macam-macam, aku tak segan membunuhnya…”

Miyako mencubit pipi Ryutaro, “Hush! Jangan ngomong sembarangan…”

“Ngomong-ngomong, kita belakangan ini menyusahkan Neechan ya?” ucap Ryutaro yang kini duduk di kasur milik Miyako.

Memang selama mereka perang dingin. Sora harus mengantar makanan mereka ke kamar, setiap pagi dengan susah payah membangunkan keduanya walaupun suasana rumah menjadi sangat tidak enak.

“Bagaimana kalau ulang tahun kita kali ini, kita yang kasih surprise buat Neechan?” Miyako memberi ide pada adik kembarnya itu.

Selama enam belas tahun ini, mereka tak pernah memberikan kado pada kakaknya itu. Sora selalu menolak diberi hadiah, sementara setiap tahunnya ketika mereka berdua ulang tahun, Sora tak pernah absen memberi mereka kado.

“Boleh…jadi kita bikin pesta di rumah, ajak saja Daiki mu itu…” Ryutaro mengatakannya dengan sedikit enggan.

“Kalau begitu Ryuu juga bawa pacarmu… aku jadi ingin tahu, gadis seperti apa yang bisa membuat seorang Ryutaro Morimoto mengucap maaf padaku…hahahaha,”

Ryutaro melemparkan sebuah boneka ke arah Miyako, “Sialan! Yang jelas dia gadis yang sangat cantik dan baik…”

“Aku tak percaya ada gadis cantik yang mau denganmu… atau mungkin dia sedikit rabun sehingga mau denganmu!!” Setelah berkata begitu Miyako berlari keluar kamar, diikuti Ryutaro di belakangnya.

“Morimoto Miyako!!! Awas kaaaauuuuu!!!” seru Ryutaro kesal.

============

Sora menatap jam tangannya. Sudah hampir jam sepuluh tapi ia belum sampai ke rumah. Ia menyiapkan dulu kue ulang tahun dan membeli kado untuk kedua adik kembarnya.

Ia tak yakin adik-adiknya itu akan mau merayakannya. Keduanya sudah beranjak dewasa, bahkan kini sudah punya pacar masing-masing. Apa sudah saatnya mereka tak merayakan ulang tahun si kembar bersamaan? Apalagi seminggu ini mereka bertengkar terus.

“Ini nona… sudah dibungkus rapi…”

Sora mengangguk dan memasukan kadonya di dalam tasnya lalu keluar untuk pulang ke rumah.

Kalaupun ia harus membagi kue itu menjadi dua bagian dan menyimpannya di depan pintu kamar adiknya masing-masing, ia akan melakukannya.

Sementara itu kehebohan terjadi di rumah kediaman Morimoto.

“Balonnya ke atas dikit, Daiki!!” seru Ryutaro lalu menyambar balon itu dan menempelkannya di tempat yang lebih tinggi.

“Sial!” Daiki tahu itu hanya cara Ryutaro menyindirnya soal tinggi badan.

“Hahaha…” Ryutaro mencibir ke arah Daiki.

“Waahh~ Saifu-chan pintar memasak juga ternyata…” kata Miyako melihat cara Saifu memotong sayuran di sebelahnya.

“Tidak juga…aku hanya belajar sedikit-sedikit dari kakakku..hehe..” jawab Saifu yang sibuk menyiapkan salad untuk pesta ini.

Miyako mengakui bahwa Ryutaro pintar memilih pacar. Gadis ini selain baik, manis dan juga ramah.

“Baiklah…semuanya sudah siap kan?” tanya Miyako ketika semua hidangan telah beres dan sebuah cake sudah berada di atas meja ruang tengah.

“Setelah Neechan masuk dan menyalakan lampu, kita teriak bareng-bareng ya!” Miyako memberikan instruksi.

Semuanya mengangguk-angguk mengerti.

“Tadaima…”

Pintu terbuka, dan seperti biasa Sora langsung menyalakan lampu ruang tengah.

“SURPRISEEE!!!!”

Sora kaget dan terlihat bingung, “Sebentar… ada apa ini? Kan yang ulang tahun…?”

“Kita memang ulang tahun Neechan…tapi kita ingin berterima kasih padamu karena selama tujuh belas tahun ini telah membesarkan kami…” kata Ryutaro.

‘Arigatou Neechan’

Tulisan itu terbaca jelas oleh Sora, membuatnya ingin menitikkan air matanya.

“Kalian…”

“Maaf membuatmu selalu khawatir pada kami…” kata Miyako.

“Tapi kami benar-benar sayang padamu…” sambung Ryutaro lalu keduanya memeluk Sora yang masih mematung.

Semuanya tertawa setelahnya. Berbagi kebahagiaan di hari ulang tahun Ryutaro dan Miyako.

“Kita harus tetap menyanyikan lagu ulang tahun untuk kalian…” kata Sora.

“Neechan… arigatou…” keduanya takjub melihat sebuah scarp book yang dibuat Sora untuk keduanya. Berisikan kenangan mereka sejak kecil hingga sekarang.

“Neechan melakukannya sendiri?” tanya Miyako yang kini berlinangan air mata.

“Tidak…aku dibantu Dai-chan dan Fu-chan juga… iya kan?” kata Sora pada Daiki dan Saifu.

Keduanya mengangguk.

“Eh?” Ryutaro secara refleks menatap Saifu.

“Aku hanya membantu mengumpulkan beberapa foto…”

“Aku juga!!” aku Daiki.

“Neechan arigatou!!!”

“Tapi neechan…aku mau minta maaf untuk sesuatu…” ucap Ryutaro tiba-tiba.

Sora menatap Ryutaro, “Ada apa?”

“Aku dulu selalu bilang aku mau jadi pengantinmu…tapi sekarang kayaknya aku mending jadi pengantinnya Fu-chan saja…”

Ucapan Ryutaro itu disambut sebuah jitakan keras oleh Sora, “Baka!!”

Setelahnya mereka berbagi tawa bersama. Berjanji bahwa untuk ulang tahun selanjutnya, dan selanjutnya lagi mereka akan selalu merayakannya bersama. Mereka keluarga, dan seharusnya tidak ada masalah yang tidak bisa mereka bicarakan. Semuanya tergantung pada komunikasi mereka.

Ryutaro menatap Miyako, “Otanjobi Omedetou…”

Miyako tersenyum dan memeluk Ryutaro, “Otanjoubi Omedetou…”

============

OWARI~

Saia buat sekalian ultah Ryuu dan ultah yang rikues…
Dan ini ceritanya lebih ke keluarga dibanding ke romance…
Hahahaha~
Maap kalo gaje…LOL
Well, HAPPY BIRTHDAY RYUTARO MORIMOTO!!
HAPPY BIRTHDAY MIYAKO!! Ayey~
😛
COMMENTS ARE LOVE
Please Don’t Be A Silent Reader… Thank You… 🙂

5 thoughts on “[Oneshot] 365 Days Family

  1. Nirmala

    bundaa.. aku baru bacanya sekarang.. kereennnnn…
    arigatou ne bundaa… senengnya ngerayain ultah ke-17 bareng Ryu, Dai-chan juga… waaa.. Ryu kakkoi banget… sankyuu.. sankyuu.. aku ketawa sumringah terus selama bacanya..
    Arigatou….

    Reply
  2. Fenyo21

    Yoroshiku:) aku new reader di sini xD Tanoshii fanfic desu yo. Suki desu!
    Berasa di dalem cerita neechan nih 🙂 emang rada susah kalo minta maaf sama orang satu rumah. Idenya Ryuu boleh juga xD

    Reply
  3. strawieluphy

    halo~ new reader di sini, よろしく!
    tertarik membaca ini sebelum cerita-cerita yang lainnya karena ada Ryu-nya. awalnya kupikir bakal ada penampakan Shintaro juga wahaha.
    ceritanya bagus, inti ceritanya dapet banget, dan selingan-selingan Ryu x Fu dan Miyako x Daikinya juga dapet tapi nggak ganggu inti ceritanya. suka!
    tapi…ano…Ryu “nakal” banget ya XD *guling-guling sendiri baca bagian “sewa kamar”*

    Reply
    1. Dinchan Post author

      Iyah abis kalo munculin Shintaro malah bingung gimana.. hehehe
      thank you yah dah baca-baca dan meninggalkan ‘jejak’ jadinya seneng dan nambah semangat…
      keep reading!! ^^)b

      Reply

Leave a comment