[Minichapter] Forever Love You (Chapter 1)

Title: Forever Love You「ずっと大好き」
by. Arisa Fadhila
Type : Minichapter (Chapter 1)
Cast : Kawashima Noel (Johnny’s Jr.); Hagiwara Mai (OC
Influence: Sako Tomohisa-Hanbunko

Zutto Daisuki“Kau tahu? Aku sungguh-sungguh mencintaimu. Karena itu, berbagilah setengah kesedihan dan kebahagiaanmu padaku. Mari bergandengan tangan denganku, menatap masa depan bersamaku, menciptakan kebahagiaan dalam hidup kita bersama-sama, dan menghabiskan waktu bersamaku dengan bersenang-senang, hingga saatnya kita berpisah.” ~Kawashima Noel~

~♪♪♪♪♪~

“Lately, the two of you are becoming more and more similar”
My friend said to me that day
Before I realized it, we were attracted to each other
Every time I feel discouraged, you will notice it
And when I turn around, you’ll be beside me
Acting as if you didn’t notice anything
~♪♪♪♪♪~

~Noeru POV~

Salju turun begitu lebat dalam minggu-minggu ini. Hokkaido selalu saja menjadi tempat paling paling putih di musim dingin dengan ketebalan salju yang dalam. Semuanya telah berkumpul di meja makan untuk menikmati makan malam.

“dimana Ryusei dan Ao-chan?” Satoshi niichan menanyakan kedua buah hatinya yang baru berusia 4 dan 2 tahun pada istrinya yang baru tiba di meja makan dengan hidangan makan malam yang berada di kedua tangannya.

“aku sudah menidurkan mereka.”jawab Lulu neechan singkat.

“ah~ sou,,, Non-chan, makanlah yang banyak, kau terlihat semakin kurus, setelah makan kau juga harus beristirahat.” Perintahnya kali ini pada Nozomu putra pertamanya yang sudah berusia 17 tahun dan berada di kelas 2 SMA itu.

“hai~” jawab Nozomu tersenyum menanggapi saran ayahnya.

“Gochisousama deshita.” Ucapku yang telah menyelesaikan makan malam.

“cepat sekali…” protes Masaki niichan yang baru saja mengangkat mangkuk nasi dan ingin menyuapkannya ke mulutnya.

“kau kan tidak ada shift jaga malam ini, kenapa terburu-buru?” Takapi niichan yang juga masih menikmati makan malamnya ikut bertanya padaku.

“kau mau keluar? Ada janji dengan seseorang?” dan Taiga tak mau  ketinggalan untuk menambahkan jajaran pertanyaan yang dilontarkan padaku.

“eh,,,? Hai~Maibaru saja menghubungiku untuk menemuinya, aku khawatir padanya, malam ini salju masih turun sangat lebat dan sepertinya dia sedang tidak baik.” Jelasku pada semuanya yang menunggu jawabanku.

“kalau begitu aku pergi dulu, ittekimasu~” pamitku pada yang lain.

Belum aku sempat melangkah keluar rumah, Lulu neechan segera memanggilku hingga aku berhenti. Kulihat ia menghampiriku dengan membawa jaket tebal dan sebuah syal untukku.

“pakai ini, saljunya sangat lebat, kau bisa beku karena kedinginan.” Katanya sambil memakaikanku jaket dan syal yang di bawanya tadi, kemudian sesaat diperhatikannya kakiku.

“baguslah, kau memang harus memakai boots saat begini, dan ini,,, jangan lupa menggunakan payung. Kau bisa basah jika tak memakainya.” Nasehatnya sambil memberikan payung yang terletak di depan pintu padaku. Setelah dirasanya atribut musim dinginku sudah lengkap, barulah ia membiarkanku pergi.

Radhisti Gita Lutea atau yang biasa kami panggil Lulu neechan adalah istri dari Satoshi niichan, kakakku yang paling besar. Dia satu-satunya wanita di rumah ini di luar keponakanku yang masih berusia 2 tahun itu. Lulu neechan adalah seorang dokter yang bekerja di Higashi Sapporo Hospital, tempatku magang saat ini. Bagi kami, dia sudah seperti kakak sendiri, sikap perhatiannya yang sangat keibuan membuatku dan saudara-saudaraku tak pernah merasa kehilangan kehangatan dari seorang ibu. Maklum saja, kami sudah lama tak mendapatkan kasih sayang dari seorang Ibu, karena Mama pergi meninggalkan Papa begitu saja entah sejak kapan, sementara Papa menetap di Tokyo bersama dengan Mizuki, adik lelaki kamiyang masih berusia 18 tahun.

Sisanya, saudaraku yang lain sudah menjalani kehidupan mereka masing-masing, ada yang tinggal, kuliah dan bekerja di Nagoya, Osaka,Kyoto, Shizuoka, dan Okinawa dan mereka semua adalah laki-laki. Dalam keluarga kami hanya ada dua orang saja anak perempuan, Nanako neechan yang kini menetap di Korea bersama suaminya yang notabene adalah warga negara Korea, sementara saudara kembarnya Ryuta niichan dan istrinya juga tinggal di Hokkaido di rumah yang berbeda dengan rumah kami. Dan seorang lagi adalah adikku Alix yang tinggal di Perancis.

Aku adalah Kawashima Noel. Namaku berasal dari bahasa Perancis, tapi di Jepang, semua memanggilku Noeru, seperti penulisannya dalam katakana. Kawashima, ya Kawashima adalah nama keluargaku, bukan Ohno. Sebenarnya, aku, Alix dan Keith adikku bukanlah bagian dari keluarga besar ini, namun mereka menerimakami dengan senang hati dan tangan terbuka. Saat ini mereka benar-benar seperti keluargaku, dan telah menjadi hartaku yang paling berharga.

Papaku adalah Kawashima Peter, seorang lelaki perancis yang mendapatkan darah Jepang dari kakeknya dan diturunkan melalui ayahnya. Sedang Mama adalah  seorang wanita Jepang yang sampai saat ini tak pernah ku kenal, aku mengenalnya hanya dari wajahnya saja melalui sebuah foto.Ia pergi meninggalkan kami, aku,Papa, Alix,dan Keith begitu saja tanpa alasan apapun saat kami masih sangat kecil  dan Keithbelum genap berusia ½ tahun. Ketika usiaku 10 tahun, ayah memutuskan untuk pindah ke Tokyo dengan tujuan mencari keberadaan Mama.

Di usiaku yang ke-14 tahun, Papaku meninggal karena penyakit kelainan darah yang di deritanya. Dan sejak saat itu, sahabat baik Papa, Ohno Papa memutuskan untuk merawat kami dan mengangkat kami menjadi anak-anaknya. Meskipun kini kami adalah bagian dari keluarga Ohno, namun Papa memberikan kebebasan untuk kami. Mereka tak ingin memaksa untuk melepas nama Kawashima ini dari kami, dan tetap mengijinkan kami bertiga menyandang nama keluarga ini yang sudah diturunkan sejak 3 generasi di atasku.

Dingin, malam ini sangat dingin bahkan hingga menusuk ke tulangku. Aku masih berjalan menyusuri jalanan kota Sapporo ini untuk mencari Mai, sahabatku yang tiba-tiba menghubungiku dan membuatku sangat mengkhawatirkannya.

Sesosok gadis yang tengah duduk di bangku taman, di antara 2 buah pohon momiji yang telah membeku itu mengalihkan perhatianku. Seorang gadis dengan rambut khas yang diikat tinggi ke atas membentuk cepol dengan sebuah pita berwarna kuning yang mengikatnya. Seorang gadis dengan jas hangat tebal berwarna putih dan syal berwarna kuning yang melilit lehernya. Seorang gadis yang mengenakan celana pendek di atas lutut dengan stoking berwarna kuning dan sepatu boots berwarna cream yang membungkus kakinya yang mungil. Semua style itu, khas gaya Maiyang menyukai warna-warna cerah.

Kulihat ia melamun menatap hampa ke arah orang-orang yang bergegas berlalu lalang untuk segera sampai dirumah. Ya, tak ada yang ingin berkeliaran dalam cuaca seperti ini, tapi gadis unik ini melakukannya. Aku segera berjalan menghampirinya, menatapnya yang kini terbengong menatapku yang sudah berada di hadapannya dan kemudian duduk di sebelahnya.

“kenapa kau ada di sini? Aku kan sudah bilang tidak perlu menyusulku! Akan lebih baik jika kau beristirahat di rumah!!!” omelnya padaku. Dia sudah seperti ibuku sendiri, bahkan lebih cerewet menurutku. Bukankah gadis ini yang menelfonku dan ingin bertemu?

“mana mungkin aku bisa berdiam diri di rumah, sementara kau sudah membuatku sangat khawatir! Baka Mai!!!” kataku sambil menarik poninya yang memanjang di samping.

“ittai~!!!” teriaknya sambil membetulkan posisi poninya yang tak bergeser sama sekali itu.

“apa yang terjadi? Kau bertengkar dengan Casey?”  tanyaku menebak hubungannya dengan teman satu kampus kami yang berdarah half Amerika itu.Ia hanya memajukan bibirnya dan menggeleng menjawab pertanyaanku.

“lalu? Hal serius apa yang bisa membuat seorang Hagiwara Maibisa menjadi linglung begini?” lanjutku bertanya pada gadis yang masih terus terdiam di sebelahku ini.

“apa tidak apa-apa jika aku benar-benar harus meninggalkanmu seorang diri di Hokkaido, Kawashima sensei?” kali ini ia mengeluarkan suaranya yang sejak tadi di hematnya, tapi kenapa ia malah balik bertanya padaku? Aku mengangkat sebelah alisku sambil terus menatapnya, dengan tujuan agar ia paham aku tak mengerti maksudnya.

“kedua orangtuaku memaksaku untuk segera kembali ke Tokyo. Mereka bahkan tak memberiku kesempatan untuk menyelesaikan studi S1 ku di Hokkaido Daigaku. Mereka bilang, tak ada bedanya melanjutkannya di Todai. Tapi…” jelasnya terputus, karena aku segera memotong ucapannya.

“tapi, Hokkaido Daigaku adalah universitas pertama yang mengajarkan  tentang pertanian, fakultas pertanian terbaik ada di sini. Begitukan? Aku selalu bisa membaca pikiranmu. Tapi, coba kau pahami kedua orangtuamu, kau anak perempuan mereka satu-satunya. Mungkin mereka ingin kau berada bersama mereka, karena kakak-kakakmu berada jauh di negara orang. kau tahu, aku sangat bahagia karena kau selalu memikirkanku. Tapi, jika karena hal itu kau mengabaikan keinginan kedua orangtuamu, aku akan merasa menjadi orang yang paling egois di dunia ini. Kau membuatku menjadi orang paling jahat sedunia, karena berusaha memisahkan kedua orangtua dengan putri mereka satu-satunya.” Ucapku menasehatinya dan tetap berusaha menjaga perasaannya.

Ia hanya tertunduk dan terdiam di sampingku. Entah apa yang dilakukannya, entah berusaha meresapi nasehatku, ataukah ia berusaha mencari alasan lain agar bisa tetap bertahan di sini hingga entah kapan waktunya ia mau mendengarkan kedua orangtuanya.

“kembalilah ke Tokyo…” kataku pelan memintanya menuruti keinginan kedua orangtuanya.

“aku tahu kau sangat mengkhawatirkanku. Tapi aku sungguh akan baik-baik saja. Bukankah keluargaku bisa diandalkan? Kau memang orang yang paling perhatian padaku, tapi mereka juga selalu memperhatikanku. Lagi pula, aku ini seorang calon dokter kan? Aku benar-benar paham tentang diriku. Maaf karena telah menjadi bebanmu selama ini.” Lanjutku berusaha membuatnnya semakin yakin.

Masih terus tertunduk ia menggeleng-gelengkan kepalanya, kulihat ia terisak menahan tangis. Gadis ini selalu saja bersikap kekanakan. Membuatku menjadi sangat tak tega. Tiba-tiba saja, ia mengacungkan jari kelingkingnya ke arahku, aku paham maksudnya, ia pasti ingin memintaku berjanji dengan ketentuan yang akan dibuatnya sesuka hatinya sendiri. Tapi biarlah, akan kuturuti keinginannya jika itu bisa membuatnya kembali kepada kedua orangtuanya di Tokyo.

Perlahan diangkatnya kepalanya yang tertunduk, kulihat wajah polos itu sudah penuh dengan air mata.

“berjanjilah kau akan menjaga dirimu dengan baik. Berjanjilah kau tidak akan terluka dan berdarah. Berjanjilah kau tidak akan melupakanku, dan berjanjilah untuk terus menghubungiku dan memberitahuku aktifitasmu setiap hari!!!” pintanya mengajukan beberapa persyaratan.

Kusambut perlahan jari kelingkingnya dan tersenyum, sejak dulu gadis ini tak pernah berubah, selalu menjadi gadis paling cerewet dan kekanakan, tak pernah dewasa dan selalu menjadi seseorang yang menghangatkanku.

“Baka! Memangnya kau pikir aku mau kemana? Sampai harus melupakanmu, orang terdekatku yang sudah bersama-sama denganku sejak masih di Perancis? Baiklah, aku berjanji akan melakukan semua permintaanmu itu.  Sekarang berhenti menangis dan ayo, aku akan mengantarmu pulang. Ini sudah terlalu malam.” Sambutku menuruti permintaannya dan mengajaknya untuk segera pulang.

Ia pun menurut dan mulai menghapus air matanya. Tak lama ia bangun dari duduknya dan bersamaku melangkah meninggalkan taman yang sudah penuh dengan salju ini, untuk pulang.

“hontou ni samui,,,” kataku pelan sambil mengusap-usap kedua telapak tanganku dan sesekali menghembuskan napas dari mulutku ke arah telapak tanganku.

Tiba-tiba sebelah tangan Mai yang tak memegang payungku langsung memegang kedua tanganku yang terasa sangat membeku. Ia lalu menggandengku dan menghangatkan telapak tanganku dengan tangan hangatnya yang terbungkus sarung tangan tebal.

Jantungku kembali berdegup kencang di buatnya. Mai, dia selalu membuatku merasa hangat. Sejak dulu, aku ingin berada di posisi Casey untuk bisa menjadi lelaki yang akan selalu membuatnya bahagia, namun, aku tak bisa melakukannya, aku hanya akan selalu menjadi bebannya. Mai,sejujurnya, aku tak ingin kau kembali ke Tokyo, tapi Papa dan Mama yang memintaku untuk memaksamu. Sejujurnya aku ingin terus bersamamu, Mai, sejak dulu,,, sejak pertama mengenalmu di Perancis hingga saat ini perasaanku masih sama. Kau cinta pertamaku, Mai, daisuki… zutto daisuki… sekali ini, biarkan malam ini terasa lebih panjang, biarkan aku bersamamu lebih lama.

~♡~「ずっと大好き」~♡~
~♪♪♪♪♪~
Hey, you always hide your true self
But I know that you’re just putting up a brave front
~♪♪♪♪♪~<

~MaiPOV~

“kembalilah ke Tokyo.” Perintah Noeru padaku dengan lembut.

Ia sudah memintanya padaku, tak ada yang bisa kukatakan lagi. Seandainya dia memintaku untuk tetap tinggal di Hokkaido, maka aku akan menolak permintaan kedua orangtuaku. Saat ini aku hanya bisa berharap dia akan menjaga dirinya dengan baik, tidak melakukan hal-hal ceroboh dan bodoh  yang akan melukai dirinya sendiri, selama aku tak bisa menjaganya.

Setelah pembicaraan di antara kami berakhir, ia menawarkan diri untuk mengantarku pulang, meski aku tahu ia sudah sangat kedinginan karena cuaca malam ini yang cukup tak bersahabat. Kulihat ia mencoba menghangatkan kedua telapak tanganya yang sudah hampir membeku itu, sesekali dihembuskannya napasnya berharap tangannya akan menjadi lebih hangat. Tanpa pikir panjang, aku langsung menggandeng tangannya dan mencoba menghangatkannya dengan tanganku. Ku harap, waktu akan berhenti saat ini, karena aku ingin terus bersamanya.

Tak terasa, tiba-tiba sudah sampai di depan apatoku. Noeru berhenti bersamaku dan mengambil payungnya yang tengah ku pegang dan ingin berpamitan pulang.

“kapan kau akan berangkat?” tanyanya padaku saat itu.

“2 hari lagi, kau harus mengantarku ke bandara.” Paksaku sesuka hati padanya tanpa menanyakan jadwalnya terlebih dahulu.

Ia hanya tersenyum dan mengangguk, “baiklah, aku akan mengantarmu besok lusa. Kau, berjanjilah padaku untuk kembali ke sini saat musim liburan tiba… wakarimasenka?” pintanya padaku.

“un,,, yakusoku, Kawashima sensei.” Kataku sedikit menggodanya. “pulanglah, akan semakin dingin jika semakin malam, dan berhati-hatilah, jangan  sampai terluka.” Nasehatku sambil membetulkan syal yang dikenakannya.

“kau terlalu cerewet, aku sudah hapal semua nasehatmu setiap kita akan berpisah! Baiklah, aku pulang.” Katanya sedikit protes terhadap perkataanku.

Kemudian ia pun berbalik pergi menjauhi apatoku untuk segera pulang ke rumahnya. Aku terus melihat punggungnya hingga ia berbelok di persimpangan depan dan tak terlihat lagi, dan aku pun masuk ke dalam apatoku.

Sepanjang malam ini aku hanya menangis, rasanya masih tak ingin meninggalkan Hokkaido, tapi dia sendiri yang memintanya. Sesungguhnya, hatiku sangat sakit kalau harus meninggalkannya, meninggalkan Noeru, sahabatku sejak aku berusia 8 tahun, dan sejak saat itu juga menjadi cinta pertamaku hingga kini.

Aku dan Noeru saling mengenal 13 tahun yang lalu, di Perancis. Ayahku yang seorang diplomat saat itu ditugaskan untuk bekerja di Kedutaan Besar Jepang di Perancis. Saat itulah aku mengenal Noeru yang merupakan tetangga sebelah rumahku. Ia yang berdarah half Jepang itu menjadi orang pertama yang bersahabat denganku hingga menjadi cinta pertamaku. Noeru lahir dan tumbuh di Perancis, hingga usianya10 tahun ia, adik-adiknya dan ayahnya yang warganegara Perancis itu memutuskan untuk pindah ke jepang dan menetap di Tokyo, sementara aku masih tetap berada di Perancis.

4 tahun kemudian, aku kembali ke Jepang  dan menetap di Hokkaido, meskipun berpisah selama 4 tahun dengannya, aku dan Noeru sama sekali tak pernah putus komunikasi. Ketika Paman mengetahui aku akan kembali ke Hokkaido, Paman memutuskan untuk pindah ke Hokkaido danmemasukkan Noeru ke dalam SMP yang sama denganku, hingga saat ini. Hingga kuliah pun, kami masih terus bersama, meski dia berada di fakultas kedokteran dan aku di fakultas pertanian.

Sejak masih di Perancis, aku sudah berjanji padanya untuk menjadi dokternya, ya, meski aku bukan seorangdokter. Aku berjanji untuk menjadi orang yang selalu mengawasinya dan memperhatikannya, karena aku tak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Aku pernah hampir membunuhnya karena kebodohanku. Hanya  karena menuruti paksaanku yang meminta diambilkan seekor kucing di atas pohon, ia terjatuh. Ia mendapatkan luka serius di kepala dan mengalami koma selama 13 hari, akibat pendarahan yang tak mau berhenti.

Saat itu, paman memberitahuku kalau Noeru menderita hemofilia yang diwarisinya dari ayahnya yang juga menderita penyakit yang sama. Bahkan karena penyakit itu, Noeru yang juga menderita kelainan pada jantungnya tak pernah di operasi karena akan semakin membahayakan nyawanya. Saat itu aku hanya terus menangis dan menangis. Perasaan bersalah yang dalam dan takut benar-benar menghantuiku. Namun, paman sama sekali tak marah padaku. Ia bahkan memintaku untuk menjaga Noeru dengan baik.

Mai-chan, daijoubu. Dia pasti akan segera bangun. Setelah Noel bangun nanti, Mai-chan berjanjilah untuk menjaganya dan menjadi dokternya. Kau mau berjanji pada paman untuk menjaganya kan?”

Dan sejak saat itu, ku putuskan untuk menjadi seseorang yang akan selalu melindungi Noeru. Bahkan ia seringkali menganggapku menjadi overprotektif terhadapnya.Ah~ Kawashima Noeru, tidakkah kau tahu aku sangat mengkhawatirkanmu? Tidakkah kau tahu aku sangat mencintaimu?

2 hari kemudian~

Aku sudah bersiap di bandara dengan sebuah koper di tangan kananku. Beberapa menit lagi penerbangan menuju Tokyo akan segera lepas landas, sudah saatnya aku berpamitan pada Noeru.

“di mana Casey? Kenapa tak mengantarmu?” tanyanya padaku keberadaan Casey yang dianggapnya dan dikenal luas sebagai kekasihku.

“dia masih sibuk dengan teman-temannya itu. Bagiku, kau saja sudah cukup untuk mengantarku. Kau yang lebih penting.” Kataku sambil menangis kekanakan.

Melihatku yang sudah mulai menangis, ia lantas menyapu kepalaku sembari mengacak-acak rambutku yang hari ini kubiarkan tergerai dan hanya dihiasi sebuah pita berwarna kuning, warna favoritenya.

“kau ini! Kenapa menangis sih? Dasar kekanakan!” tegurnya sambil menghapus air mataku dengan kedua telapak tangannya yang terasa sangat dingin.

“kau sakit? Tanganmu dingin sekali.” Tanyaku mengkhawatirkan keadaannya.

Ia hanya menjawabku dengan gelengan kepala. “ini karena musim dingin, aku baik-baik saja.”

“kau jangan melupakan janjimu, kau harus menjaga dirimu, jangan terlalu lelah, dan jangan sampai terluka. Aku tidak ingin hal itu terulang lagi.”Aku kembali mencoba menagih janjinya padaku. Kali ini ia hanya tersenyum menatapku.

“ya, aku berjanji…” jawabnya.“kau juga harus berjanji untuk kembali ke sini saat musim liburan nanti.” Sekali lagi ia memastikan apakah aku mengingat janji yang dimintanya kemarin.

Saat itu terdengar panggilan untuk penumpang yang akan melakukan penerbangan menuju Tokyo untuk segera memasuki pesawat.

“kau sudah dipanggil, pergilah, dan jangan lupa kabari aku setelah kau sampai di Tokyo.” Perintahnya padaku.

Aku hanya mengangguk mengiyakan perintahnya, dan kemudian bergegas menuju pesawat. Hari ini, aku harus meninggalkan Hokkaido, dan mulai besok kembali memulai hariku tanpa Noeru, seperti 12 tahun yang lalu. Tapi hal ini akan menjadi lebih berat bagiku, karena selama 8 tahun bersama, kami belum pernah berpisah kembali.

 

~♡~「ずっと大好き」~♡~
~♪♪♪♪♪~
That’s enough, you’ve worked hard enough
When you feel like crying, just go ahead and cry
~♪♪♪♪♪~

Sudah sebulan berlalu sejak aku meninggalkan Hokkaido, dan sampai saat ini Noeru masih menepati janjinya padaku untuk melaporkan kegiatan hariannya. Begitupun malam ini, ia mengirimiku e-mail dan menemaniku mengobrol.

From: Kawashima_Noel
To: Maichan_Hagiwara
Subject: Daily Activity Report

“aku baru pulang dari rumah sakit, shift jagaku sudah selesai dan sekarang sedang menuju stasiun untuk segera pulang ke rumah. Malam ini masih hujan salju, tapi tidak selebat saat kau membuatku khawatir malam itu. Baru saja seseorang menabrakku dari belakang, aku terjatuh dan hampir saja membentur bangku stasiun. Tapi untungnya aku sempat memegang bangku itu dengan tanganku, sehingga aku bisa menahan diriku dan tidak membenturkan diriku ke bangku itu. Ya, sekian laporan dariku. Kawashima Noel melaporkan dari Sapporo Station.”

From: Maichan_Hagiwara
To: Kawashima Noel
Subject: (none)

“kau pikir kau seorang reporter??? Kenapa seformal itu? anta ga BAKA!!!!! Bagaimana bisa kau hampir terjatuh. Seramai itukah di stasiun? Kau sungguh tak apa-apa? Tidak terluka sama sekali kan? lebih berhati-hatilah sedikit, jika kau terluka sedikit saja, aku akan langsung terbang ke Hokkaido untuk menemuimu. Disini belum ada salju yang turun, dan Tokyo memang tak sedingin Sapporo. Kau pasti kedinginan? Kau memakai syal dan sarung tangan kan?”

From: Kawashima_Noel
To: Maichan_Hagiwara
Subject: (none)

“bisakah sehari saja tak mengkhawatirkanku seperti itu? Aku benar-benar merasa kau lebih cerewet dari Alix dan Lulu neechan. Mai, kau sudah memperingatkanku tentang sarung tangan itu, dan aku terus memakainya sejak  saat itu. Oh ya, 2 hari yang lalu aku mendapat serangan jantung ringan, tapi tidak sampai membunuhku, dan aku baik-baik saja. Maaf baru memberitahumu sekarang, aku tidak ingin kau khawatir. Tapi aku benar-benar sudah tak apa-apa.”

From: Maichan_Hagiwara
To: Kawashima_Noel
Subject: (none)

“NANI???!!!!!! Kawashima Noel, apa yang ada dalam pikiranmu sih? Kenapa tak memberitahuku? Kau membuatku sangat takut saat aku membaca e-mail mu. Seandainya kau mati saat itu, aku mungkin akan mencoba bunuh diri. Sudah ku katakan, laporkan semua yang terjadi padamu setiap harinya padaku. Berani  sekali kau berbohong pada putri seorang Diplomat! Tapi syukurlah kau tak apa—apa, jangan membuatku takut, BAKA BAKA BAKA BAKA!!! Kau selalu saja mengataiku lebih cerewet dari pada Alix dan Lulu neechan, tentu saja aku lebih cerewet, aku sudah mengenalmu sangat lama bahkan jauh lebih lama dibandingkan Lulu neechan!!! Kalau begitu, kau berhati-hatilah di jalan. Begitu sampai rumah, langsung beristirahat dan jangan melakukan apapun lagi.”

Aku mengirim sebuah e-mail terakhirku padanya malam ini. Gila saja, jika aku melanjutkannya lebih lama, kepalaku bisa meledak karena laporannya yang membuatku tak terkendali. Mungkin dia benar-benar merasa bosan karena  aku memarahinya setiap saat. Serangan jantung katanya? Dan ia masih bisa mengatakan untungya serangan itu tak sampai membunuhnya? Dia pikir nyawanya yang berharga itu hanya sebuah permainan takdir? Kawashima Noel, apa yang ada dalam pikiranmu sih?

Tak lama setelah aku mengakhiri perbincanganku dengan Noeru, ponselku kembali berbunyi. Sebuah kombinasi nomor ponsel baru masuk memanggilku, entah siapa itu, tanpa pikir panjang, aku langsung mengangkatnya.

“Moshi-moshi, Hagiwara Mai desu.” Kataku menjawab panggilan itu.

“ah~  Mai!!!” bentak suara diseberang sana. Sepertinya aku mengenali suara siapa ini? Casey, ya pasti lelaki itu yang tengah menelfonku.

“Casey?” aku masih mencoba meyakinkan diriku bahwa benar itu adalah dirinya.

“ternyata kau mengenalku juga? Kupikir hanya lelaki lemah itu saja yang ada dalam ingatanmu. Kau, berani-beraninya pergi ke Tokyo tanpa memberitahuku! Kau ingin lepas dariku? Karena itu kau kabur diam-diam, kau pikir kau bisa melakukannya? Ingat Mai, kau adalah milikku, dan semua orang mengetahui hal itu!” katanya mencoba mengancamku.

“apa yang kau inginkan?” aku mencoba berusaha sekuat tenaga untuk menghadapi lelaki satu ini.

“sudah ku katakan aku hanya menginginkanmu!!! kau takut? Kau takut aku akan menodaimu? Karena itu kau kabur kan? Atau pria lemah itu yang menyarankanmu untuk menghindariku?!!” kelihatannya Casey semakin tak terkendali dan mulai membawa Noeru seolah ialah dalangnya.

“jangan membawa Noel, dia tidak tahu apapun!! Dia juga hanya mengetahui hubunganku denganmu seperti apa yang kau inginkan. Aku, tidak pernah sekalipun menjadi milikmu, kau yang menyebar kebohongan itu dan mengancamku. Kau tahu? Aku melakukannya tak lebih dari sekedar ingin melindungi seseorang yang sangat berharga bagiku. Dan kau jangan pernah mencoba merenggut kesucianku!!!” aku mulai tak terkendali, air mata jatuh di pipiku. Seandainya Noeru tahu bagaimana sebenarnya Casey, dan apa yang diinginkannya, mungkin Noeru sudah mencoba untuk membunuh lelaki itu dan membahayakan dirinya sendiri.

“begitukah??? Kau, sudah berani menentangku, jangan salahkan aku, jika terjadi sesuatu pada lelaki itu, mungkin aku akan menggoreskan pisau di kulit lelaki yang sangat penting bagimu itu, atau hanya sekedar membuatnya mendapatkan serangan jantung!!!” Casey semakin gila dengan obsesinya yang hingga kini tak pernah bisa menyentuh kulitku, dan bahkan tak mampu merenggut ciuman pertamaku.

“Nani!!! Ie~ jangan lakukan apapun pada Noel, jangan libatkan dia dalam permasalahan di antara kita!!! Noel tak mengetahui apapun!!! Dia tak bersalah sama sekali!!! Casey onegae~” aku mencoba bernegosiasi pada lelaki psycho itu.

“hah??? Jangan melibatkannya katamu? Dialah alasanmu, kenapa tak pernah ingin kumiliki…!!!” katanya dan langsung menutup telfonnya, tampaknya ia tak ingin mendengarkanku dan negosiasi yang kuusahakan gagal.

Ya Tuhan, apa yang ingin dilakukannya pada Noeru? Lelaki gila itu, kenapa ia begitu menginginkanku dan sangat membenci Noeru hingga perasaan itu merasuk ke tulangnya. Kamisama, kumohon lindungi Noeru, jangan biarkan seorangpun mencoba untuk melukainya.

~♡~「ずっと大好き」~♡~
~♪♪♪♪♪~
Hey, I want to take a step closer to you
I want to put a true smile on your face
Whenever you feel lonely, I’ll always be by your side
So give half of all your tears and grief to me
~♪♪♪♪♪~

~Noeru POV~

Sebulan sejak Mai kembali ke Tokyo, aku terus berusaha memenuhi janjiku untuk melaporkan kegiatan harianku padanya. Sebenarnya aku tak ingin membuatnya khawatir, tapi jika aku tak melakukannya, dia pasti akan menelfonku setiap saat. Aku benar-benar sudah memahami watak gadis itu. Entah sampai kapan dia akan bersikap seperti itu, tak pernah bisa membuatku tenang karena hanya terus memikirkan diriku. Aku hanya ingin dia juga memikirkan dirinya sendiri, karena aku sangat mengkhawatirkannya.

Sambil menunggu kereta datang, aku mulai mengiriminya e-mail, namun karena padatnya orang yang berlalu lalang, seseorang menabrakku dari belakang dan membuatku jatuh, hingga hampir membentur bangku. Untungnya tanganku sempat menyangga hingga aku tak perlu terluka akibat benturan itu. Setelah merasa aman, kulanjutkan tugas harianku dan kuceritakan tentang hal itu. Dan benar,sesuai dugaanku, dia memarahiku habis-habisan.

Lalu kulanjutkan mengirim e-mail memberitahukan tentang serangan jantung yang ku alami 2 hari lalu. Dia pasti akan semakin menggila dengan kabar buruk dariku ini. Dan ketika aku menerima balasan darinya, aku hanya tersenyum, dan sedikit merasa bersalah. Jika dia ada di hadapanku saat ini, dia pasti sudah menangis dengan kekanakan sambil memukuliku.

From         : Maichan_Hagiwara
To            : Kawashima_Noel
Subject      : (none)

“NANI???!!!!!! Kawashima Noel, apa yang ada dalam pikiranmu sih? Kenapa tak memberitahuku? Kau membuatku sangat takut saat aku membaca e-mail mu. Seandainya kau mati saat itu, aku mungkin akan mencoba bunuh diri. Sudah ku katakan, laporkan semua yang terjadi padamu setiap harinya padaku. Berani  sekali kau berbohong pada putri seorang Diplomat! Tapi syukurlah kau tak apa—apa, jangan membuatku takut, BAKA BAKA BAKA BAKA!!! Kau selalu saja mengataiku lebih cerewet dari pada Alix dan Lulu neechan, tentu saja aku lebih cerewet, aku sudah mengenalmu sangat lama bahkan jauh lebih lama dibandingkan Lulu neechan!!! Kalau begitu, kau berhati-hatilah di jalan. Begitu sampai rumah, langsung beristirahat dan jangan melakukan apapun lagi.”

Hah, gadis itu benar-benar sangat cerewet. Lebih cerewet di bandingkan Alix dan kakak iparku. Setiap kali aku mengatakan hal itu padanya dia selalu saja mengatakan bahwa dia sudah mengenalku lebih lama dibandingkan Lulu neechan. Ya, dia memang wanita yang paling lama mengenal diriku luar dan dalam setelah Alix. Sudah lebih dari 13 tahun, sementara Lulu neechan dianggapnya masih terlalu junior, karena baru mengenalku 4 tahun yang lalu.

Sepanjang perjalanan pulang aku terus saja tersenyum-senyum sendiri mengingat tingkah konyol Mai, dan membayangkan jika dia marah padaku. Hah, mengingatnya saja sudah membuatku sangat bahagia, apalagi jika aku bersamanya.

Tiba-tiba saja lamunanku hilang, karena di hadapanku kini berdiri Casey, orang yang ku kenal sebagai kekasih Mai. Ya kekasih, perasaanku langsung terhempas, apa yang kulakukan? Seharusnya aku tak boleh mengharapkan Mai secara lebih karena dia sudah memiliki seorang kekasih. Tapi, kenapa Casey berada di hadapanku? Apa yang ingin dibicarakannya. Sebelumnya ia tak pernah berbicara padaku selain melarangku keras untuk merebut Mai darinya.

“Anderson-kun?” sapaku padanya yang sudah tak jauh dariku.

“Mai menghilang, kau tahu di mana dia?” tanyanya dingin padaku. Ia menanyakan Mai? Apa ia tak tahu Mai sudah kembali ke Tokyo? Apa Mai tak memberitahunya?

“eh? Apa Mai tak memberitahumu? Dia kembali ke Tokyo karena kedua orangtuanya memaksanya untuk kembali. Sebulan yang lalu aku mengantarnya ke bandara, saat ku tanyakan tentang dirimu, dia bilang kau sedang ada janji dengan sahabatmu, karena itu tak bisa mengantarnya.” Jelasku pada Casey, aku tak ingin dia salah paham.

“ah~ sou da ne,,,” katanya sambil  mencoba semakin mendekat ke arahku.

“sudah ku katakan jangan pernah mencoba merebutnya dariku!!! Dia milikku!!!” tiba-tiba saja Casey langsung melayangkan sebuah pukulan ke wajahku sambil mengatakan hal itu. Jarak yang terlalu dekat tak bisa membuatku menghindarinya, hingga pada akhirnya pukulannya mengenai wajahku dan membuat hidungku berdarah.

“kurasa ini sudah cukup untuk membuatnya menangis di Tokyo. Setidaknya dia akan sadar peringatan dariku.” Setelah mengatakan hal itu, Casey langsung pergi meninggalkanku seorang diri yang masih disibukkan dengan darah yang keluar dari hidungku dan cara menghentikannya sesegera mungkin sebelum aku mati kehabisan darah.

Saat kemejaku sudah diwarnai oleh darahku sendiri, kulihat Takapi oniichan berlari mendekat ke arahku. Tampaknya ia juga baru pulang dari kantor tempatnya bekerja dan melintas di jalanan ini.

“Noel,,, daijoubuka???” tanyanya dengan sangat panik.

“ya Tuhan, darahnya banyak sekali, apa yang terjadi? Sebaiknya kita segera ke rumah sakit.” Ia berada dalam tahap yang sangat panik melihatku.

Takapi oniichan langsung memanggil taksi dan membawaku ke rumah sakit. Selama dalam perjalanan, ia terus berusaha menghentikan pendarahan yang keluar melalui hidungku.

“kenapa kau bisa seperti ini??” tanyanya dengan ekspresi yang sangat khawatir. Ya, seperti ini lah hal yang selalu kuhadapi setiap kali aku terluka. Siapapun orangnya, orang-orang yang mengenalku. Karena itu, aku tak ingin Mai hanya memikirkan diriku, kekhawatirannya bahkan akan lebih membuatku merasa bersalah di bandingkan kekhawatiran yang lain padaku.

“seseorang menyerangku tiba-tiba.” Jawabku singkat. Ku harap ia takkan bertanya lebih jauh.

“kau ingat wajahnya? Aku akan membuat laporan ke polisi.” Tegasnya memberitahuku rencana apa yang selanjutnya akan ia ambil setelah mengantarku ke rumah sakit.

“ia, daijoubu,,, oniichan jangan membuat laporan ke polisi. Aku tidak apa-apa, dan… dan tolong jangan memberitahukan Mai. Aku tidak ingin membuatnya khawatir. Jika dia tahu, dia bisa langsung terbang dari Tokyo hanya karena mengkhawatirkanku.” Pintaku memohon padanya.

Takapi oniichan pun menuruti keinginanku. Setelah mengiyakan permohonanku, ia tak banyak bicara, dan hanya membantuku menghentikan pendarahan di hidungku yang masih terus mengalir.

Dalam keadaan hening ini aku kembali teringat perkataan yang diucapkan Casey terkahir tadi padaku “kurasa ini sudah cukup untuk membuatnya menangis di Tokyo. Setidaknya dia akan sadar peringatan dariku.”

Apa yang terjadi dengan hubungan mereka? mengapa Casey tak mengetahui kepergian Mai yang kembali ke Tokyo? Apakah mereka bertengkar hebat? Casey ingin membuat Mai menangis dan memberikannya peringatan? Apa yang terjadi? Apakah Mai hanya di sakiti oleh lelaki keturunan Amerika itu?

Jika benar, kenapa ia tak pernah menceritakan apapun padaku? Apa yang ada di dalam pikiran gadis manja itu.Mai, nande? Apa kau sangat terluka??? Semua yang ada dalam pikiranku saat ini adalah gadis itu, tak ada yang lain. Bahkan aku sama sekali tak memikirkan darah segar yang terus keluar dari hidungku ini.

To be continue…

Leave a comment